Menurut pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Andi Yusran, setidaknya ada dua hal yang bisa dilihat dari sikap lembaga survei yang melakukan riset terkait peta kekuatan atau elektabilitas calon presiden meski masih digelar empat tahun mendatang.
"Pertama karena ada keinginan untuk mulai ‘mengukur’ siapa saja yang memiliki kesempatan bertarung di Pilpres 4 tahun mendatang," ujar Andi kepada
Kantor Berita RMOLJakarta, Selasa (27/10).
Survei tersebut, kata Andi, dilakukan independen dengan motif tunggal yakni membangun kesadaran politik publik dalam menilai kelayakan seseorang maju dalam Pilpres mendatang.
Kemungkinan kedua, survei dilakukan secara intens oleh lembaga survei yang pada saat bersamaan juga bekerja sebagai lembaga konsultan. Pada posisi ini, lembaga survei yang bersangkutan diarahkan membangun dan membentuk opini publik dengan berbagai trik dan strategi pemasaran politik.
"Idealnya agar publik tercerahkan, maka setiap lembaga survei sebelum mengekspose hasil surveinya lebih dahulu membuka info tentang sumber dana, afiliasinya, dan metodologinya," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: