“Pernyataan ini sangat tendensius, menggelorakan islamofobia dan memiliki dampak besar terhadap perdamaian dunia,†tegas Sekretaris Jenderal PBNU, A Helmy Faishal Zainy lewat keterangan persnya, Selasa malam (27/10).
Menurutnya, radikalisme dan juga ekstremisme tidak memiliki agama. Maka, pernyataan Macron tersebut sebagai bentuk menggelorakan propaganda bahwa Islam agama radikal.
“Radikalisme dan juga ekstremisme tidak memiliki agama. Ia bisa dimiliki oleh pribadi beragama apa pun saja. Maka, menggelorakan propaganda bahwa Islam merupakan agama radikalis dan ekstremis, jauh sekali dengan kebenaran dan fakta yang ada,†katanya.
Faishal menyampaikan, Islam merupakan agama yang
rahmatan lil alamin. Islam tampil sebagai agama yang mengusung kasih sayang bagi seisi jagat raya.
“Maka, sangat tidak benar jika Islam diidentikkan dengan kekerasan. Islam adalah agama rahmah, kasih sayang, dan perdamaian,†tegasnya lagi.
Di sisi lain, ia meminta kepada umat Islam di Tanah Air dan warga NU untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi dengan adanya pernyataan Macron. Kepada pemerintah, ia berharap ada langkah cepat untuk menyikapi persoalan tersebut.
“Kami mendorong pemerintah untuk aktif melakukan langkah diplomatik guna mencari solusi terbaik untuk menyikapi keadaan ini,†tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: