Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sumpah Pemuda, Bamsoet: Jangan Ngaku Milenial Kalau Tidak Tahu Pancasila

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Rabu, 28 Oktober 2020, 14:17 WIB
Sumpah Pemuda, Bamsoet: Jangan Ngaku Milenial Kalau Tidak Tahu Pancasila
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo/Ist
rmol news logo Sumpah Pemuda adalah titik awal terealisasikannya konsep wawasan kebangsaan.

Pada tanggal 28 Oktober 1928 lalu, generasi muda dari berbagai daerah membangun paradigma yang sama dalam memaknai nasionalisme. Ikrar kebangsaan Sumpah Pemuda dirumuskan sebagai perwujudan komitmen yang melandasi pergerakan kebangsaan, hingga berhasil mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka.

Demikian disampaikan Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo berkenaan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-92 tahun yang disampaikan dalam keterangannya, Rabu (28/10).
 
"Setelah 92 tahun berlalu, saatnya kalian sebagai kaum milenial meneruskan semangat Sumpah Pemuda dengan mempersiapkan diri sebagai pemimpin. Sekarang banyak orang penting, namun 10 atau 20 tahun mendatang mereka bukan lagi orang penting. Kalianlah yang akan menggantikan mereka menjadi orang penting," ujar Bamsoet.

Ketua DPR RI ke-20 ini mengajak kaum milenial untuk mengintrospeksi diri agar Sumpah Pemuda tak hanya sebagai memori yang dikenang setiap tahun, melainkan menjadikannya legacy kebangsaan yang akan selalu dihidupkan dalam keseharian.

"Mungkin ini pertanyaan retoris. Namun, penting kita tanyakan ke dalam diri masing-masing, di tangan generasi muda bangsa, pertanyaan retoris ini saya titipkan sebagai bahan perenungan," kata Bamsoet.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini memaparkan survei yang dilakukan pada akhir Mei 2020 oleh Komunitas Pancasila Muda, dengan responden kaum muda dari 34 provinsi. Tercatat hanya 61 persen responden yang merasa yakin dan setuju bahwa nilai Pancasila sangat penting dan relevan dengan kehidupan mereka.

Sementara, 19,5 persen bersikap netral, dan 19,5 persen lainnya menganggap Pancasila hanya sekadar nama yang tidak dipahami maknanya. Selanjutnya, survei CSIS mencatat ada sekitar 10 persen generasi milenial yang setuju mengganti Pancasila.

"Sebelumnya, survey LSI tahun 2018 juga mencatat bahwa dalam kurun waktu 13 tahun masyarakat yang pro terhadap Pancasila telah mengalami penurunan sekitar 10 persen, dari 85,2 persen pada tahun 2005 menjadi 75,3 persen pada tahun 2018," paparnya.

Bamsoet yang juga Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini mengingatkan, adanya generasi muda yang tidak sejalan dengan Pancasila menunjukkan bangsa ini masih memiliki pekerjaan rumah yang besar.

Ia menambahkan, di antara sebagian kecil generasi muda yang mempunyai sikap tidak sejalan dengan Pancasila, mereka termasuk generasi muda terpelajar atau berprestasi secara akademik. Kondisi ini sedikit banyak menggambarkan bahwa masih ada celah pada sistem pendidikan, terutama pada aspek pendidikan karakter.

"Dalam kaitan ini, saya sangat mendukung gagasan pelatihan ESQ yang mengingatkan bahwa dalam membangun sumber daya manusia, kecerdasan intelektual (intelligence quotient) saja tidak cukup. Tetapi, harus dilengkapi dengan kecerdasan emosional (emotional quotient) dan kecerdasan spiritual (spiritual quotient)," tutup Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA