Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Refleksi Sumpah Pemuda, Fahira Idris: Kita Butuh Pendobrak Atasi Ancaman Kesenjangan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/angga-ulung-tranggana-1'>ANGGA ULUNG TRANGGANA</a>
LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA
  • Kamis, 29 Oktober 2020, 02:32 WIB
Refleksi Sumpah Pemuda, Fahira Idris: Kita Butuh Pendobrak Atasi Ancaman Kesenjangan
Fahira Idris/Net
rmol news logo Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tidak terjadi begitu saja karena melalui serangkain proses panjang selama puluhan tahun. Salah satu bibit proklamasi kemerdekaan adalah Kongres Pemuda II yang menjadi pemicu lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Anggota DPD RI, fahira Idris mengatakan, Sumpah Pemuda telah menyatukan Indonesia yang saat itu masih terpecah.

Komitmen politik itulah yang merupakan fondasi lahirnya sebuah negara kesatuan bernama Indonesia yang merdeka.

Menurut Fahira, jika saat itu para pemuda yang menjadi penggagas dan peserta Kongres Pemuda II tidak memiliki jiwa pendobrak mustahil Sumpah Pemuda bisa tercetus.

Apalagi dijelaskan Fahira, saat itu Indonesia berada di tengah cengkraman kekuasaan kolonial Belanda.

Karakter jiwa pendobrak inilah, kata Fahira yang menjadi kekuatan menempuh segala risiko untuk meletakkan fondasi lahirnya sebuah negara baru.

“Sumpah Pemuda itu adalah sebuah dobrakan yang cerdas dan brilian melawan kezaliman kekuasaan kolonial. Para pemuda saat itu sadar bahwa jalan menuju sebuah bangsa yang merdeka butuh waktu dan perjuangan yang panjang.  Hanya pemuda-pemuda berjiwa pendobrak lah yang memiliki pandangan visioner seperti ini,” demikian kata Fahira Idris, Sabtu (28/10).

Dijelaskan Fahira, jiwa pendobrak para pemuda pencetus Sumpah Pemuda menuai hasilnya puluhan tahun kemudian yaitu Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Tidak hanya itu, Sumpah Pemuda 1928 menjadi titik balik utama perjalanan bangsa Indonesia hingga saat ini.

Fahira kemudian mengimbau kepada seluruh masyarakat bahwa ancaman dan tantangan bangsa Indonesia bukan lagi penjajahan, tetapi ketimpangan atau kesenjangan yang semakin lebar dan nyata.

“Bangsa sebesar dan sekuat apapun, jika keadilan sosialnya terganggu sangat rentan melahirkan berbagai konflik. Oleh karena itu, kita butuh daya pendobrak untuk meretas ancaman kesenjangan yang terus melebar ini di mana pemuda bisa menjadi salah satu aktornya,” pungkas Fahira.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA