Hal tersebut disampaikan Mendko Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam seminar nasional rapat koodinasi nasional (Rakornas) Komisi Penyiaran Indonesia yang digelar virtual, Senin (2/11).
"Proyeksi dari ekonomi global di tahun 2020 ini terkontraksi
range-nya mulai minus 4,4 sampai 5,2 persen, tetapi hal positifnya di tahun 2021 hampir semuanya memproyeksikan positif," ujar Airlangga.
Proyeksi tersebut diantaranya oleh World Bank yang memperkirakan tahun 2021 positif 4,2 persen dan International Monetary Fud (IMF) yang memprediksi ekonomi tumbuh positif 5,2 persen di tahun 2021.
Dikatakan Airlangga, kontraksi yang sama juga dirasakan Indonesia. Di mana pada kuartal II tumbuh negatif 5,32 persen dengan catatan beberapa sektor tetap tumbuh positif.
"Khusus Indonesia di Q2 -5,32 persen, kemudian kita lihat faktor-faktornya mulai dari konsumsi rumah tangga, pembentukan LPMPRT, konsumsi pemerintah sebagai penopang (perekonomian) dan ekspor di Q2 masih positif," jelasnya.
Lanjutnya, saat ini program-program pemulihan ekonomi sudah dijalankan pemerintah. Hasilnya, perlahan mulai tampak membawa pertumbuhan positif pada beberapa sektor.
"Kalau kita lihat khusus di Indonesia, PMI (
prompt manufacturing index) sudah mulai ada kenaikan, sektor retail indeksnya membaik, walaupun pasar kendaraan bermotor masih terkontraksi," ucapnya.
Ketua Umum Partai Golkar ini juga menjelaskan, apabila dilihat dari segi inflasi, Indonesia masih relatif rendah yakni 1,42 persen. Artinya dibandingkan target 3 persen dengan plus minus 1 persen menunjukkan daya beli masih rendah.
"hal ini yang terus kita perhatikan, bahwa dengan inflasi rendah maka
demand site kita juga masih rendah," pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: