Sedangkan lawannya, paslon Eri Cahyadi-Armuji 34,1 persen alias ada selisih 17,6 persen.
Kepala Badan Pemenangan Pemilu DPC PDI Perjuangan Surabaya, Anas Karno mengatakan, ada beberapa hal yang harus dikritisi dari hasil survei tersebut.
Pertama, pernyataan Direktur Komunikasi dan Media Tim Pemenangan Machfud, Imam Syafii pada Selasa lalu (27/10), yang juga mengutip hasil survei Poltracking yang menyebut pasangan Machfud-Mujiaman unggul 20 persen.
“Ini kan aneh. Menjadi pertanyaan besar publik. Mengapa satu survei keluar dua hasil, yaitu (selisih) 20 persen dan 17 persen. Ada inkonsistensi. Apakah bisa satu survei keluar dua hasil?†kata Anas kepada wartawan, Selasa (3/11).
Selain itu, Anas juga menyorot perbedaan hasil survei Poltracking dengan sejumlah lembaga survei lainnya.
Misalnya, Populi Center dan Pusdeham yang merilis hasil survei belum lama ini. Dalam survei Populi dan Pusdeham, Eri-Armuji unggul dibanding Machfud-Mujiaman dengan kisaran 3 hingga 6,5 persen.
Indikator berikutnya yang juga meragukan adalah popularitas Mujiaman yang disebut menyalip Armuji. Angkanya 60,2 persen untuk Mujiaman, dan 59,6 persen untuk Armuji.
"Ini agak aneh untuk tingkat pengenalan atau popularitas. Pak Armuji ini anggota DPRD lima periode, dua periode jadi Ketua DPRD Surabaya, dan kini di DPRD Jatim mewakili dapil Surabaya yang Pemilu 2019 lalu meraup 136.000 suara," ketusnya.
Meski demikian, Anas tetap memaknai hasil survei Poltracking sebagai masukan dalam menyiapkan strategi pemenangan yang lebih mantap.
“Kami tetap menjadikan hasil survei itu sebagai pendorong untuk terus bergerak masif di lapangan memenangkan Eri-Armuji untuk menjaga agar Surabaya ini tidak mundur lagi, menjaga agar jangan sampai berbagai program baik untuk warga selama ini dihentikan oleh pihak yang hanya ingin menguasai Surabaya untuk kepentingan pribadinya,†bebernya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: