Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Faisal Basri: Kalau Trump Menang Lebih Menguntungkan Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Rabu, 04 November 2020, 17:56 WIB
Faisal Basri: Kalau Trump Menang Lebih Menguntungkan Indonesia
Faisal Basri tak setuju dengan pendapat kalau Joe Biden yang menangkan Pipres AS akan lebih merugikan Indonesia/Repro
rmol news logo Pemilihan Presiden Amerika Serikat saat ini, secara langsung atau tidak langsung, akan memberi dampak bagi Indonesia dalam berbagai hal. Siapapun presiden yang nantinya akan terpilih.

Untuk sementara, Joe Bidden unggul dengan 238 suara elektoral. Meraih 68.245.776 suara, atau sama dengan 50 persen suara total pemilih AS.

Sedangkan petahana Donald Trump mendapatkan 48,6 persen atau 66.154.115 suara.

Terkait peluang Biden untuk memenangkan Pilpres kali ini, muncul anggapan kalau Indonesia justru akan terpuruk jika calon dari Partai Demokrat itu terpilih sebagai Presiden AS.

“Saya enggak suka nih jawabannya. Kalau Donald Trump menang itu lebih menguntungkan bagi Indonesia,” ucap ekonom senior, Faisal Basri, dalam acara diskusi virtual yang diselenggarakan Media Center DPP PAN bertajuk 'Resesi dan Percepatan Pemulihan Ekonomi', Rabu (4/11).

Ekonomon Institute for Development of Economics (Indef) ini mengatakan, Partai Demokrat di AS memang kerap memberikan banyak syarat dalam hal kerjasama dengan negara sahabat. Sebaliknya, Partai Republik cenderung melakukan usaha untuk ikut menstabilkan ekonomi negara sahabatnya.

“Berdasarkan pengalaman ya. Jadi Demokrat itu kalau mau ngasih banyak banget syaratnya. Human Right lah, GDP harus dimasukan. Nah kalau Partai Republik ini kerjanya stimulus cetak uang, sehingga dolar AS turun merosot, rupiahnya menguat tanpa kita usaha, gitu,” papar Faisal Basri.

Dia menambahkan, Partai Demokrat juga cenderung akan menahan defisit dan menurunkan defisit, menaikkan pajak untuk orang kaya, dan lain sebagainya. Sehingga hal itu bagus untuk ekonomi AS.

“Artinya, straightening dolar AS karena defisitnya turun, akibatnya apa? Rupiahnya melemah. Jadi faktor eksternalnya yang bersifat eksogen itu dari AS unfortunate. Ingat enggak waktu Pak Harto jatuh? Kan presidennya (dari) Partai Demokrat,” tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA