Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jawab Stafsus Menkeu, Iwan Sumule: Vietnam Salah Satu Negara Yang Bisa Dicontoh Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Kamis, 19 November 2020, 17:44 WIB
Jawab Stafsus Menkeu, Iwan Sumule: Vietnam Salah Satu Negara Yang Bisa Dicontoh Indonesia
Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM) Iwan Sumule/Net
rmol news logo Komentar Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM) Iwan Sumule atas sebuah berita tentang pengakuan Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa APBN mengalami syok, justru berujung perang kicauan dengan Staf Khusus Menteri Keuangan, Prastowo Yustinus.

Mulanya, Iwan Sumule menilai bahwa beragam istilah dipakai Sri Mulyani untuk mengaburkan kondisi ekonomi yang mengalami keterpurukan. Dia merasa aneh lantaran Sri Mulyani tidak punya solusi jitu hadapi masalah, tapi di satu sisi tidak mau mundur.  

“Ekonomi nyungsep, defisit bertambah besar, dan hanya berharap utangan. Aneh!” tuturnya di akun Twitter pribadnya, Kamis (19/11).

Prastowo Yustinus lalu menyambar kicuan ini. Dia menilai apa yang disampaikan Iwan Sumule sebatas nyinyiran yang tidak didukung dengan data valid. Bahkan Prastowo menantang Iwan Sumule untuk menunjukkan negara yang tidak terdampak ekonomi akibat Covid-19.

“Bisa ditunjukkan negara mana yang ekonominya tidak melambat dan defisitnya tidak melebar? Atau kita twitwor soal keuangan negara Bro Iwan Sumule. Itung-itung pencerahan publik dan Anda buktikan lebih hebat dari Bu Sri Mulyani,” tantangnya.

Kepada Prastowo, Iwan Sumule meminta agar pemerintah membuat perbandingan dengan yang baik, sehingga hasil yang diberikan juga menjadi lebih baik.

Dia kemudian mengungkit pengetahuan Prastowo tentang janji Menteri Sri Mulyani untuk membuat meroket.

“Kalau janji dan kerja yang dilakukan saja tak ingat, bagaimana mau surplus pengetahuan?” sindirnya.

Lagi-lagi Pras menanggapi dengan memberi pertanyaan. Dia minta ditunjukkan janji Sri Mulyani yang mengatakan akan membuat ekonomi negara dan rakyat meroket dan tidak diingat.

“Janji dan visi kebijakan yang belum terwujud tak bisa dibilang dilupakan, tapi ada asumsi dan kondisi yang perlu didalami. Siapa bisa menolak datangnya pandemi?” tanyanya.

Menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu, Iwan Sumule memulai dengan menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi dan kemerosotan terjadi bukan saat pandemi datang, bahkan jauh sebelum ada pandemi.

Sementara strategi yang dilakukan Sri Mulyani cenderung monoton, yaitu mencari utangan dengan bunga lebih tinggi, tanpa dibarengi peningkatan ekonomi rakyat.

Hal demikian, katanya, akan semakin menambah keterpurukan. Terlebih pajak buat usaha kecil rakyat semakin tinggi.

Sebagai contoh negara yang bisa terhindar dari resesi, Iwan Sumule mencontohkan Vietnam. Di mana ekonomi negara tersebut tumbuh 2,6 persen pada kuartal III/2020.

Vietnam, sambungnya, memiliki kondisi alam dan iklim yang kurang lebih sama dengan Indonesia. Tapi apa yang dilakukan negara tersebut jauh di atas Indonesia.

“Selain utang dengan bunga yang lebih rendah, berdasarkan statistik, sektor pertanian dan perikanan tumbuh 1,84 persen, industri dan konstruksi naik 3,08 persen, dan jasa naik 1,37 persen. Ketiga sektor itu berikan kontribusi 14 persen, 58 persen, dan 28 persen pada PDB nasional,” tuturnya.

Khusus untuk masalah utang, Iwan Sumule memuji Vietnam yang mampu mencari utang dengan bunga yang rendah, yaitu di kisaran 4 persen. Sementara Indonesia memiliki bunga dua kali lipat lebih besar, 8 persen.

Ekonomi Indonesia kini minus (-) 3,49 persen, sementara Vietnam sudah tumbuh (+) 2,6 persen pada kuartal III/2020.

“Vietnam memang salah satu negara yang bisa dicontoh, baik dalam strategi penanganan pandemi corona dan mengatasi keterpurukan ekonomi di era pandemi. Selain itu berutang dengan bunga rendah,” sambung Iwan Sumule. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA