Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kunjungi INAPRO Expo 2020, Senator Bawa Berkah Dengan Borong Produk UMKM

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Minggu, 22 November 2020, 22:31 WIB
Kunjungi INAPRO Expo 2020, Senator Bawa Berkah Dengan Borong Produk UMKM
Senator asal Sumatera Utara Badikenita Sitepu, yang juga Ketua Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) DPD RI/Net
rmol news logo Kehadiran Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menjadi berkah tersendiri bagi pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) peserta INAPRO Expo 2020 yang digelar Kadin Jawa Timur.

Pasalnya, LaNyalla yang hadir beserta puluhan senator dari pelbagai provinsi, tidak hanya datang berkunjung saja tetapi memborong sejumlah produk yang dijual di sana.

Saat berkunjung ke stan batik Sampang, LaNyalla terlihat mengajak para senator dari berbagai daerah tersebut untuk membeli koleksi batik yang dijual.

Dengan bersemangat, ia menuturkan bahwa Jatim memiliki banyak ragam batik yang sangat bagus.

"Sini, ayo beli batik Madura. Ini bagus, coraknya juga bagus," ujar LaNyalla kepada salah satu anggota DPD RI yang ikut berkeliling di ruang INAPRO Expo 2020 di Grand City Surabaya, Minggu (22/11).

Anggota DPD RI asal Sumatra Utara, Badikenita Sitepu juga tertarik dan membeli sejumlah batik dari berbagai daerah. Menurutnya, batik asal Jatim sangat variatif dan bagus.

“Ini saya beli batik Lumajang, bagus banget," ujarnya.  

Badikenit menilai, batik di Jatim memang cukup unik dan variatif. Hampir setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing, seperti batik Lumajang, batik Madura dan batik Tuban. Selain itu, Jatim juga memiliki makanan yang enak yang menggugah selera, misal soto Lamongan.

“Banyak hal yang menarik. Tapi saat ini yang harus menjadi perhatian adalah UMKM. Termasuk kerajinan yang dibuat oleh anak-anak disabilitas tadi, ini juga perlu diapresiasi. Makanya tadi anggota DPD ambil tindakan untuk membeli,” katanya.

Salah satu pengrajin batik asal Sampang, Dewi Yudha Puspitasari, yang produknya sempat diborong, mengaku sangat senang dengan kedatangan rombongan dari DPD RI tersebut.

"Senang banget, mereka beli 15 lembar batik. Mereka habiskan uang Rp 4,5 juta belanja di sini," ujarnya sumringah.

Dewi mengatakan, bahwa batik tulis yang ia produksi adalah batik motif kontemporer Madura.

Ia sudah hampir 10 tahun menekuni usaha batik. Sebelum pandemi, ia bisa memproduksi sekitar 100 lembar batik dengan jumlah karyawan sekitar 10 orang.

Tetapi karena pandemi Covid-19, produksinya turun. Ia hanya bisa memproduksi sekitar 10 hingga 20 lembar saja dalam sebulan, sehingga ia hanya mampu mempekerjakan 3 orang karyawan.

"Selain karena tidak ada yang membeli, bahan baku juga naik banyak. Harga pewarna misalnya, kalau biasanya sekitar Rp 150 ribu per botol, sekarang menjadi Rp 300 ribu per botol. Sementara penjualan sangat minim, paling banter kita bisa jual 3-5 lembar saja," akunya.

Dengan ikut di pameran kali ini, ia mengaku sangat terbantu. Tetapi karena selama pandemi produksinya turun drastis, maka koleksi yang dibawa saat pameran juga terbatas.

"Selama pameran ini penjualan saya mencapai Rp 6,6 juta. Untuk onlinenya saya dapat order 3 lembar batik seharga Rp 500 ribu. Ini adalah pameran pertama setelah pandemi Covid-19 melanda Indonesia," bebernya.

Ia berharap peran pemerintah lebih ditingkatkan untuk melakukan pendampingan baik dari sisi produksi, penjualan dan pendanaan. Karena saat ini UMKM memang sedang memerlukan bantuan untuk bisa kembali bangkit. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA