"Setiap aksi pasti menimbulkan reaksi. Sikap arogan juga akan direspons arogan," kata pengamat politik Igor Dirgantara kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (22/11).
Secara khusus, ia menyoroti sikap Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman yang berterus terang bahwa pencopotan baliho HRS dilakukan TNI atas perintahnya.
Ia meyakini Pangdam Jaya memahami saat ini dwi fungsi TNI dalam peran sosial politik militer sudah tidak berlaku. Oleh karenanya, keputusan pencopotan baliho Habib Rizieq dilakukan bukan atas kepentingan politik, melainkan untuk menghadapi ormas yang dianggap arogan.
"Pernyataan Pangdam Jaya yang bisa dibilang arogan itu bisa dilihat sebagai respons terhadap FPI yang juga sudah dianggap arogan," tegasnya.
"Sejarah politik di Indonesia membuktikan bahwa militer adalah institusi negara yang bisa mengatasi kekuatan yang dianggap ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Peran TNI sudah jelas dan terukur, yaitu menjaga NKRI." demikian Igor Dirgantara.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: