Sandi menolak menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) menggantikan rekan sepertainya Edhy Prabowo yang terjerat kasus korupsi ekspor benur.
Sebelumnya, di awal-awal penyusunan kabinet, Sandi juga sudah menolak gabung kabinet.
"Ketidaksediaan Uno menjadi pengganti Edhy adalah pilihan cerdas," kata pemerhati politik, M. Rizal Fadillah kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (5/12).
Alasan pertama, di samping bidang kelautan dan perikanan bukan
core bisnis Sandi selama ini, artinya bukan
the right job, juga marwah dirinya tetap terjaga.
"Menempati posisi rekan separtai yang menjadi pesakitan urusan korupsi meninggalkan luka yang sulit disembuhkan. Fungsi Sandiaga menjadi bengkel reparasi semata," sebut Rizal Fadillah.
Faktor lain adalah, masuknya Sandi ke kolam kabinet di pemerintahan yang goyah adalah langkah "bunuh diri". Terlalu keras sorotan dan kekecewaan publik pada pemerintahan Jokowi.
"Tak akan tertolong oleh sebagus-bagusnya kerja seorang Sandiaga Uno. Sebaliknya Uno akan ikut tercemar," ujar Rizal Fadillah.
Alasan ketiga, masih penilaian Rizal Fadillah, masuknya Sandi jadi menteri Jokowi sama saja dengan mengambil jalan hancur-hancuran.
"Capres dan cawapres menjadi menteri pesaing adalah preseden terburuk dalam ketatanegaraan Indonesia. Masa depan Prabowo-Sandi dipastikan suram atau gelap gulita," tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: