Kedua negara itu, menurut Direktur Eksekutif Pusat Kajian Pangan dan Advokasi (Pataka), Yeka Hendra Fatika, mampu memaksimalkan produk pertanian dan menjamin harga murah karena secara serius dan benar menjalankan industrialisasi pertanian.
Sektor pertanian tidak dibiarkan jalan sendirian, melainkan didampingi berbagai usaha lain yang menopang, seperti industri sekam, industri jerami, industri dedak, industri bekatul.
“Sehingga ketika ditanamkan sekian rupiah ke sawah, maka harga gabah adalah sisa dari nilai tambah,†ujar YHF dalam diskusi virtual “Tanya Jawab Cak Ulung†bertajuk “Pertanian, Masa Depan Pemulihan Ekonomi†yang diselenggarakan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (10/12).
YHF berharap, holding BUMN Pangan di Kementerian BUMN yang didukung Komisi VI DPR RI dapat mengembangkan industri sampingan berbagai produk sektor pertanian.
“Jerami misalnya bisa kita pakai untuk pupuk. Kalau ini terintegrasi dengan pupuk, tidak harus pupuk yang kita gunakan (berikan) ke petani adalah pupuk kimia,†urainya.
Dia meminta agar Kementerian Pertanian tidak menggunakan kacamata kuda yang melihat tanaman pangan hanya terbatas pada tanaman padi.
“Korporatisasi petani itu bukan hanya pada kelompok petani padi. Tetapi industri lainnya harus berkembang juga. Ini (industrialisasi) yang akan melahirkan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa di sektor pertanian di pedesaan,†tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: