Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu di Jakarta, Senin (14/12).
"Terlalu optimis, tidak dilihat fakta-fakta, kurang melihat sinyalemen di bawah. Berat lah, nggak mungkin, nggak mungkin (positif)," ujar Tauhid.
Menurut Tauhid, hitungan Indef masih menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan keempat berkisar di angka minus (-) 2 persen.
"Kita juga ngitung sekitar minus (-) 2 persen juga triwulan keempat. Berarti tahun 2021 negatif," kata Tauhid.
Bahkan, sambungnya, angka indeks penjualan ritel pun mengalami penurunan pada November tahun 2020. Atas dasar itu, Tauhid menyatakan bahwa tingkat daya beli masyarakat masih minim.
"Terkontraksi lho. Berarti indikatornya, daya belinya masih rendah. Inflasinya kan masih rendah, naik tapi masih rendah," jelasnya.
Pemerintah melalui proyeksi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) atas triwulan IV 2020, kontraksi pertumbuhan ekonomi diprediksi akan lebih rendah dengan harapan menuju positif.
Presiden Joko Widodo pun seperti mengamini bahwa sinyal positif pemulihan ekonomi yang terpukul akibat pandemi Covid-19 semakin membaik. Indonesia, kata dia, telah melewati masa titik terendah dari krisis akibat Covid-19 dan telah berada pada titik balik.
Pada kuartal III, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar minus (-) 3,49 persen, sementara pada kuartal II kontraksi terjadi cukup dalam, yakni sebesar 5,32 persen.
"Artinya telah melewati titik terendahnya, titik balik menuju membaik. Trennya positif membaik dan dengan momentum ini saya yakin kita akan bergerak lagi ke arah positif pada kuartal IV dan seterusnya," ujar Jokowi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: