Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tsunami Aceh, Membuka Mata Masyarakat Dunia Tentang Arti Kesiapsiagaan Tanggap Bencana

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Sabtu, 26 Desember 2020, 17:34 WIB
Tsunami Aceh, Membuka Mata Masyarakat Dunia Tentang Arti Kesiapsiagaan Tanggap Bencana
Serial diskusi daring yang digagas Kantor Berita RMOL Aceh bertajuk "Siaga di Negeri Bencana"/Net
rmol news logo Genap 16 tahun berlalu tragedi bencana alam tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam.

Bencana alam yang sangat dahsyat dalam beberapa ratus tahun terkahir ini ternyata tidak hanya membuka mata masyarakat Aceh secara khusus dan masyarakat Indonesia lainnya.

Pasalnya, tsunami pada 2004 ini memiliki arti serius bagi negara-negara di dunia dalam hal kesiapsiagaan tanggap bencana alam khususnya tsunami.

Demikian disampaikan Koordinator Klaster Riset Disaster Education and Management (TDMRC), Rina Suryani Oktari saat menjadi narasumber dalam serial diskusi daring yang digagas Kantor Berita RMOL Aceh bertajuk "Siaga di Negeri Bencana" pada Sabtu (25/12).

"Tsunami 16 tahun lalu itu merupakan peristiwa terdahsyat selama beberapa ratusan tahun. Peristiwa tsunami 2004 tidak hanya membuka mata masyarakat Aceh, Indonesia tapi juga masyarakat dunia, tentang arti kesiapsiagaan dalam mengahadapi bencana khususunya tsunami," ujar Rina Suryani.

Rina menuturkan, sebelum terjadi tsunami 2004, sikap masyarakat hingga pemerintah cenderung hanya sebatas responsif dan belum mengarah pada upaya mitigasi.

"Jadi nunggu bencana itu terjadi baru kita merespons. Sehingga tsunami 2004 benar-benar merubah paradigma kita semua, tidak hanya kita masyarakat Aceh tapi juga masyarakat Indonesia dan masyarakat global ya, bahwa harus ada upaya yang lebih proaktif yang dilakukan sebelum bencana terjadi," tuturnya.

Rina Suryani menambahkan, pasca tsunami 2004 Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU 4/2007 tentang penanggulangan bencana. Selain itu, untuk ditingkat global sendiri lahir sebuah framework atau kerangka kerja pengurangan resiko bencana yang dinamakan Hyogo Framework For Action.

"Jadi, bahkan kerangka global pun itu juga dipicu oleh peristiwa tsunami 2004. Ini benar-benar menjadi titik sejarah baru bagi penanggulangan kebencanaan ditingkat global," kata Rina Suryani. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA