Demikian analisa pengamat politik Universitas Nasional, Andi Yusran saat berbincang dengan
Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (19/1).
Menurut Andi Yusran, faktor kegagalan Golkar merebut kursi Presiden di tahun 2024 karena menguatnya faksi terus berlangsung hingga saat ini.
Ia menyebut, kelompok kekuatan politik di Golkar masih terbagi dua yakni Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo.
"Saat ini berpotensi membuat kutub faksi di internal Golkar yakni Airlangga dan Bambang Soesatyo. Faksi ini dapat membuat mesin partai tidak fungsional menggerakkan sumber daya yang sudah terbelah di internal partai," demikian kata Andi.
Faktor kedua, dijelaskan Andi, Partai Golkar cenderung selalu berada di zona nyaman kekuasaan dengan berkoalisi dengan rezim penguasa. Imbasnya, elektoral sosok yang diusung Golkar tidak signifikan karena harus berbagai dengan tokoh lain di internal koalisi.
Padahal, kata Andi, ceruk pemilik di luar pendukung rezim jumlahnya cukup signifikan untuk mendongkrak elektabilitas kandidat yang nantinya akan diusung Golkar.
"Suara elektoral menjadi menyempit karena harus berbagi dengan kandidat lain yang muncul dari koalisi rezim, sementara ceruk pasar di luar pendukung rezim berkecenderungan berada di posisi berseberangan dan mendukung kandidat lain," demikian analisa Andi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: