Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bingungologi Bidadari

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Kamis, 04 Februari 2021, 08:52 WIB
Bingungologi Bidadari
Jaya Suprana/Net
MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia kata bidadari bermakna putri atau dewi dari kayangan. Atau bisa juga bermakna perempuan yang elok.

Dari ke dua makna tersebut dapat disimpulkan bahwa bidadari adalah seorang putri atau dewi atau manusia yang elok dan berjenis kelamin perempuan.

Bidadari


Kerap kali terdengar bahwa seseorang mengaku dirinya melakukan terorisme dengan harapan nyawanya akan masuk surga maka akan dilayani oleh para bidadari yang elok.

Memang wajar seorang insan manusia ingin masuk surga apalagi jika dilayani oleh para bidadari.

Namun agak sulit dimengerti apabila ada manusia begitu ingin masuk surga agar dilayani para bidadari elok sebegitu inginnya sampai tega membinasakan sesama manusia yang bahkan tidak bersalah terhadap diri
sang pembinasa.

Sungguh kasihan bahwa para bidadari dijadikan pihak yang rawan disalahkan sebagai biang-keladi angkara murka pembinasaan manusia oleh manusia yang mendambakan bisa masuk surga agar dilayani oleh para bidadari cantik-jelita yang sebenarnya sama sekali tidak tahu-menahu tentang terorisme yang dilakukan oleh para teroris.

Memang pada hakikatnya dengan alasan apa pun membunuh sesama manusia oleh sesama manusia tidak dapat dibenarkan.

Semantika


Terlepas dari segenap keburukan itu sebenarnya istilah bidadari indah maknanya. Sebagai padanan kata bidadari yang feminin adalah kata bidadara yang maskulin. Sudah barang tentu penampilan bidadara adalah tampan.

Namun secara semantik, kata bidadara menjadi cukup problematis, maka rawan membingungkan akibat istilah bidadara menganut kata dara.

Sementara kata dara itu sendiri secara mandiri menurut KBBI bermakna di samping nama lain untuk burung merpati juga bermakna sebagai anak perempuan yang belum kawin ; gadis ; perawan.

Bahwa bidadara pasti lelaki dan dara pasti perempuan menimbulkan konflik paradoksa internal pada kata bidadara.

Namun sama sekali tidak ada paksaan untuk membingungi paradoksa internal kata bidadara maka sama sekali tidak ada alasan untuk membingunginya.

Anggap saja sebagai kekeliruan yang sudah dianggap wajar akibat sudah dianggap sebagai kekaprahan yang lumrah semisal ulang tahun, salah satu, air putih, fraksi, graha, konsumerisme yang apabila dibingungkan malah makin membingungkan akibat dianggap aneh dan janggal. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA