Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD memaparkan, luas kebakaran hutan dan lahan tercatat sebanyak 296.942 ha. Angka tersebut jauh lebih kecil dibanding karhutla tahun 2015 sebesar 2,61 juta ha.
Selain itu, pencemaran asap lintas batas atau
transboundary haze pollution juga berangsur menurun dari tahun ke tahun.
Mahfud memaparkan, tahun 2015
transboundary haze pollution terjadi lebih dari dua bulan. Kemudian tahun 2016 terjadi pada akhir Agustus hingga September selama dua minggu. Lalu tahun 2017 terjadi pada akhir Agustus sekitar 2 hari.
"Dan pada tahun 2018 tidak ada
transboundary haze atau nihil. Tahun 2019 tercatat selama 10 hari pada tanggal 13 hingga 22 September. Dan
alhamdulillah pada 2020 nihil
transboundary haze,†jelas Menko Mahfud dalam Rakorsus Pengendalian Karhutla Tahun 2021 di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta, Selasa (9/2).
Menko menegaskan, penanganan dan pencegahan Karhutla memerlukan sinergitas antara pusat dan daerah serta juga penegakan hukum. Hal itu sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo yang menekankan pentingnya peningkatan upaya pencegahan karhutla melalui konsolidasi oleh seluruh pihak baik dari pusat ke daerah.
"Melakukan tindakan pencegahan dan
early warning, penetapan siaga darurat lebih dini,
reward and punishment, perbaikan dan penataan ekosistem, peninjauan lapangan, serta mengajak masyarakat turut mencegah Karhutla penting dilakukan,†lanjutnya.
Terakhir Menko Polhukam mengingatkan agar semua pihak meningkatkan bobot kewaspadaan dan melakukan tindakan pencegahan dalam menghadapi musim kemarau yang bisa menyebabkan kebakaran hutan dan lahan tahun ini.
“Kita sudah punya pengalaman banyak sejak tahun 2015 dan sudah seharusnya kita bisa menangani lebih baik lagi dan lebih sistematis,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: