Fakta politik itu membangun persepsi publik yang menjadi faktor keretakan keharmonisan Megawati dan SBY.
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto berpendapat SBY telah menzholimi dirinya sendiri. Hal itu dibuktikan dengan adanya pernyataan kecolongan dua kali sebagai cermin moralitas berpolitiknya.
Menyikapi hal tersebut, politisi senior PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan tidak tahu menahu penyebab awal keretakan Megawati dan SBY yang belakangan dihembuskan Marzuki Alie.
“Yang saya tahu, Bu Megawati memberi nilai lebih kepada aspek-aspek kejujuran, konsistensi dan loyalitas,†kata Hendrawan kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (17/2).
Saat disinggung mengenai SBY melakukan kezhaliman terhadap dirinya sendiri, anggota Komisi XI DPR RI ini menyampaikan
play victim merupakan hal biasa.
“Playing victim (memosisikan diri sebagai pihak yang teraniaya) sebagai bagian dari politik pencitraan, sebenarnya hal biasa. Para konsultan politik sering memilih siasat ini dalam menu rekomendasi mereka,†katanya.
“Namun bagi kami, motif elektoral hendaknya tidak menggeser moralitas politik dan etika publik,†imbuhnya.
Pihaknya menambahkan relasi pasang surut antar partai politik merupakan hal yang biasa, namun permusuhan tidak masuk dalam kamus visi dan misi PDI Perjuangan.
“Waktu terus berjalan. Portofolio relasi antar aktor politik mengalami pasang surut. Namun bagi PDIP, permusuhan tidak pernah menempati beranda politik, karena yang kami usung adalah politik kebangsaan dan politik pencerahan yang inklusif,†tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: