Selain membuktikan PDIP masih kokoh, pengamat politik Ninoy Karundeng juga menilai bahwa hal ini menjadi tanda bahwa pemberitaan media massa yang cukup spesifik menyudutkan PDIP gagal.
Ninoy menyebut pemberitaan yang dua kali menampilkan cover story soal korupsi bansos dengan menyebut petinggi PDIP, merupakan upaya pembusukan PDIP karena menyeret para pentolan seperti Herman Hery. Selain itu, ada juga istilah ‘Madam' dalam kasus bansos yang merupakan upaya sistematis untuk menghancurkan kredibilitas partai banteng.
"Bukan hanya Herman Hery, majalah itu pun secara jelas menyeret seolah ada keterlibatan petinggi PDIP yang disebut sebagai ‘Madam; yang jelas mengarah ke sosok tokoh sentral perempuan di PDIP yang publik tahu," ujarnya kepada wartawan, Rabu (24/2).
Menurutnya, ada upaya untuk menggiring opini bahwa PDIP tidak layak untuk didukung. Namun semua hasil survei sejumlah lembaga menunjukkan upaya itu gagal.
"Upaya media tersebut melakukan pembusukan terhadap PDIP gagal total. Tiga hasil survei terakhir dari lembaga kredibel dan satu dari Litbang media massa tentang elektabilitas partai politik menunjukkan PDIP tetap sebagai parpol teratas," ungkapnya.
Hasil survei Parameter Politik Indonesia menempatkan elektabilitas PDIP sebesar 25,1 persen.
Sementara Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan elektabilitas PDIP sebagai partai teratas dengan 20,1 persen. Bahkan jika dilakukan semi terbuka, PDIP masih diposisi pertama 24,5 persen.
Hasil survei Lembaga Survei Indometer menunjukkan elektabilitas PDIP masih teratas yakni 22,3 persen.
Sedangkan temuan dari survei Litbang Kompas merekam elektabilitas PDIP tetap nomor satu, yakni 19,7 persen.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: