Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Haedar Nashir Minta Kader Muhammadiyah Hindari Perdebatan Sampah Di Medsos

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/widian-vebriyanto-1'>WIDIAN VEBRIYANTO</a>
LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO
  • Minggu, 28 Februari 2021, 07:50 WIB
Haedar Nashir Minta Kader Muhammadiyah Hindari Perdebatan Sampah Di Medsos
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir/Net
rmol news logo Media sosial kerap kali membuat masyarakat menjadi tidak produktif. Terkadang mereka menghabiskan waktu untuk membaca produk-produk WhatsApp dan media sosial lainnya yang isinya selain hoax juga sampah.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Atas alasan itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak warga persyarikatan untuk tidak terjebak dalam perdebatan tiada habis di media sosial. Kader Muhammadiyah harus lebih berorientasi pada produktivitas positif sebagai karakter utama persyarikatan.

Terjebak dalam perdebatan semu yang tiada akhir, menurut Haedar, hanya akan membawa umat pada kondisi kontra produktif dan terus tertinggal.

“Padahal ilmu saja itu bisa menghasilkan sesuatu. Knowledge is power, ilmu itu menghasilkan kekuasaan. Kekuasaan uang, kekuasaan penghasilan dan lain sebagainya,” ujanya dalam forum Public Expose Lazismu Pusat terkait Hasil Survei Indeks Literasi Zakat Warga Muhammadiyah, Sabtu (27/2).

“Tapi bagaimana kita bisa menghasilkan ilmu wong pengetahuan kita itu hasil dari serpihan-serpihan yang sampah yang ada di media sosial. Kita capek kirim ini kirim itu tapi tidak menghasilkan,” imbuhnya.

Intinya, Haedar mengajak warga Muhammadiyah untuk terus menciptakan ekosistem yang produktif. Hal ini disuarakan kareana Haedar ingin Muhammadiyah semakin maju. Sementara maju yang dimaksud harus berorientasi pada hasil.

Kemajuan umat, menurutnya, hanya akan terbukti jika umat Islam memiliki program-program unggul dengan adanya pendirian pusat-pusat kemajuan (center of excellence) yang tidak bisa diraih hanya melalui berdebat tanpa ujung di media sosial.

“Bahwa perlu amar makruf nahi munkar itu saya pikir sudah DNA kita, tapi soal cara harus perlu ada reorientasi. Jadi orang ketika kita sampaikan kritik dengan argumen yang kuat lalu dengan narasi-narasi konstruktif yang saya pikir juga akan sampai juga,” tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA