Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Agar Tak Sering Bikin Gaduh, Jokowi Disarankan Pilih Komunikolog Sebagai Jubir

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Jumat, 05 Maret 2021, 10:36 WIB
Agar Tak Sering Bikin Gaduh, Jokowi Disarankan Pilih Komunikolog Sebagai Jubir
Komunikolog Politik Tamil Selvan/Ist
rmol news logo Pernyataan-pernyataan Presiden Joko Widodo belakangan ini seolah memicu bola panas alias bikin gaduh di masyarakat.  
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Terbaru, pernyataan Jokowi kembali bikin geger terkait ajakannya mencintai produk dalam negeri, yang sekaligus mengajak untuk membenci produk-produk luar negeri.

"Ajakan-ajakan untuk cinta produk-produk kita sendiri, produk-produk Indonesia, harus terus digaungkan, produk-produk dalam negeri. Gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri," kata Jokowi pada rapat kerja nasional Kementerian Perdagangan tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Kamis kemarin (4/3).

Pernyataan 'benci produk luar negeri' inilah yang kemudian ditanggapi beragam oleh masyarakat. Karena, mereka punya pemahaman yang berbeda-beda dari pernyataan Jokowi tersebut.

Karena itulah, Komunikolog Politik Tamil Selvan menyarankan Jokowi perlu memiliki staf atau jurubicara dari kalangan komunikolog. Hal ini bertujuan untuk mendesain diksi-diksi yang diucapkan Jokowi kepada masyarakat agar tidak mengundang kegaduhan.

"Pemilihan tata bahasa itu penting. Saat ini saya lihat leading sector Pak Jokowi dalam berwacana selalu mengundang kegaduhan, padahal maksud dan tujuannya baik. Saran saya, Pak Jokowi berhemat dalam bicara, dan tunjuk jurubicara dari kalangan Komunikolog," kata Ketua Forum Politik Indonesia ini kepada awak media, Jumat (5/3).

Tamil yang pernah menjabat sebagai tenaga ahli bidang politik di Partai Gerindra ini menyatakan, ada sebagian kekuatan sosial yang selalu berseberangan dengan pandangan Jokowi. Kondisi ini tidak terlepas dari pagelaran Pilpres 2019.

"Ingat Pilpres 2019 ada 45 persen masyarakat yang tidak memilih Pak Jokowi. Social power ini sering ditunggangi untuk selalu bersikap apatis pada pandangan Pak Jokowi," jelas Tamil, dikutip Kantor Berita RMOLJakarta.

"Secara politik ini telah disiasati dengan mengandeng Pak Prabowo, namun secara komunikasi pandangan seorang presiden perlu didesain sehingga memperkecil potensi penolakan di masyarakat, dan itu keahlian komunikolog," sambungnya.

Tamil juga menyarankan Jokowi mengandeng influencer kelas satu, yaitu para ketua partai politik dan ketua ormas keagamaan untuk membantu menyampaikan pandangannya. Sehingga potensi penolakan dapat diperkecil.

"Posisi Pak Jokowi sebagai presiden saat ini tidak memiliki kharisma absolute power seperti Presiden Soekarno dan Soeharto, sehingga perlu influencer kelas satu," pungkas Tamil. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA