Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

DPD RI Yakin Merger Tiga Bank Syariah Mampu Pulihkan Ekonomi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Selasa, 09 Maret 2021, 13:06 WIB
DPD RI Yakin Merger Tiga Bank Syariah Mampu Pulihkan Ekonomi
Ketua Komite IV DPD RI Sukiryanto/Ist
rmol news logo Kalangan DPD RI meyakini penggabungan atau merger tiga bank syariah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memberi multiplier effect yang signifikan sebagai upaya memulihkan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.

Ketua Komite IV DPD RI Sukiryanto mengatakan, penggabungan bank syariah BUMN dengan satu nama dan entitas baru yakni, PT Bank Syariah Indonesia Tbk, bisa membuat pertumbuhan ekonomi syariah melambung di tahun ini.

"Merger ini bisa dikatakan sangat luar biasa. Karena merger tiga perbankan syariah milik BUMN ini bakal membuat perkembangan pasar modal syariah semakin pesat, tertutama penerbitan sukuk negara," ujar Senator asal Kalimantan Barat itu saat membuka rapat pleno Komite IV DPD, di Jakarta, Selasa (9/3/2021).

Sukiryanto menyebutkan proses merger bank syariah membawa sentimen positif untuk pelaku usaha maupun investor di pasar saham. Menurutnya, kapasitas bank anggota merger yang sudah kuat akan melahirkan entitas baru yang lebih tangguh.

"Entitas baru ini akan mendapat size yang sangat besar, baik aset maupun cabang plus sumber daya manusia yang sangat berkualitas. Banyak hal yang mereka bisa lakukan untuk pemulihan ekonomi nasional," tuturnya.

Sukiryanto melanjutkan, merger tiga bank syariah yakni, PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank Syariah Mandiri itu membuat Indonesia memiliki bank syariah bermodal dan beraset besar, yang dapat membawa snowball effect pada perkembangan industri keuangan syariah.

"Kami memandang bank ini akan sangat kuat dan bahkan mampu menjadi top ten dunia. Ini akan menjadi katalis untuk bank Indonesia, bahkan untuk regional dan global. Selain itu, ini juga akan membantu ekspansi produk syariahnya, dan juga program pemerintah seperti KUR dan peningkatan inklusi keuangan nasional," jelasnya.

Lebih lanjut, Sukiryanto menilai dalam masa pandemi Covid-19, Bank Syariah masih memiliki peluang untuk tumbuh. Hal tersebut terlihat dari daya tahan industri keuangan syariah yang masih bisa tumbuh dua digit di akhir 2020 lalu.

"Merujuk pada pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2020 lalu, potensi bank syariah bertahan di masa pandemi masih tergolong besar. Sehingga saya optimis pada 2021 bank syariah bisa melalui pandemi," ucapnya.

Sukiryanto memaparkan, dari sisi pembiayaan, bank syariah tumbuh 9,16 persen. Sedangkan bank konvensional mengalami kontraksi hingga -2,02 persen. Begitu juga pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Meski keduanya tumbuh positif, namun bank syariah lebih tinggi yaitu 13,52 persen dibandingkan bank konvensional yang tumbuh 11,24 persen.

"Saat ini Bank Syariah Indonesia memiliki kinerja keuangan yang solid. Tercermin dari aset yang mencapai Rp 239,73 triliun dan DPK sebesar RP 209,9 triliun. Lalu Pembiayaan sebesar Rp 156,2 triliun, equity sebesar Rp 21,74 triliun dan laba bersih per Desember 2020 mencapai Rp 2,19 triliun," papar dia.

Saat ini Bank Syariah Indonesia (BSI) memiliki kinerja keuangan yang solid. Tercermin dari aset yang mencapai Rp 239,73 triliun dan DPK sebesar RP 209,9 triliun. Lalu pembiayaan sebesar Rp 156,2 triliun, equity sebesar Rp 21,74 triliun, dan laba bersih per Desember 2020 mencapai Rp 2,19 triliun.

Hingga 9 Februari 2021, harga saham BSI sebesar Rp 2.830 dan IPO sebesar Rp 510. Sementara market cap dalam periode yang sama mencapai Rp 116,12 triliun dan IPO sebesar Rp 4,96 triliun. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA