Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Faisal Basri Minta Pemerintah Tidak Ulangi Kesalahan Impor Beras Tahun 2018

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Senin, 15 Maret 2021, 11:15 WIB
Faisal Basri Minta Pemerintah Tidak Ulangi Kesalahan Impor Beras Tahun 2018
Ekonom senior, Faisal Basri/Net
rmol news logo Rencana pemerintah untuk mengimpor beras dalam jumlah besar di tahun ini disesalkan ekonom senior, Faisal Basri. Apalagi, kuota impor itu mencapai 1 juta ton, di mana separuhnya untuk meningkatkan cadangan beras pemerintah (CBP) dan separuh lagi untuk memenuhi kebutuhan Bulog.

Faisal Basri meminta pemerintah tidak mengulangi kesalahan di tahun 2018 lalu. Di mana lonjakan impor sepanjang tahun 2018 mengakibatkan stok yang dikuasai oleh pemerintah untuk PSO/CBP naik hampir 4 juta ton sedangkan penyalurannya anjlok dari 2,7 juta ton menjadi 1,9 juta ton.

Akibatnya, stok beras melonjak lebih dua kali lipat dari 0,9 juta ton pada akhir 2017 menjadi 2 juta ton pada akhir 2018. Bulog dibuatnya kewalahan mengelola stok sebanyak itu. Kualitas beras yang dikelolanya merosot, bahkan ada yang menjadi tidak layak konsumsi.

"Ongkos 'uang mati' pun tentu saja meningkat. Yang lebih mendasar lagi, kemampuan Bulog menyerap beras dari petani menjadi terbatas," kata Faisal Basri dalam keterangannya, Senin (15/3).

Meskipun saat 2018 butuh impor untuk stabilisasi harga menjelang Pemilu, kata Faisal Basri, namun jumlahnya melebihi kebutuhan. Tak ayal, harga gabah kering di tingkat petani sempat merosot ke titik terendah dalam 9 bulan terakhir.

Penyebab lain dari penurunan harga adalah waktu pelaksanaan impor yang ganjil; impor relatif tinggi ketika masa panen atau tatkala terjadi surplus (produksi lebih besar dari konsumsi) dan sangat sedikit ketika sedang mengalami defisit (konsumsi lebih besar dari produksi).

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) itu mengingatkan agar tahun ini tidak mengulangi pengalaman buruk 2018.

Sebab, pengumuman impor beras sebanyak 1 juta ton secara langsung memengaruhi psikologi pasar yang cenderung menurunkan harga jual di tingkat petani. Apalagi petani sedang menyongsong masa panen raya (April-Mei).

"Sebelum pengumuman impor saja harga gabah di tingkat petani sudah cenderung tertekan," sesalnya.

Sekalipun harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani pada Januari 2021 naik 3 persen dibandingkan Desember 2020, masih kata Faisal Basri, namun masih lebih rendah dibandingkan Januari tahun lalu (year-on-year) atau turun sebesar 6,7 persen.

Untuk harga gabah kering giling (GKG) lebih parah lagi, yaitu turun 0,73 persen dibandingkan bulan sebelumnya (Desember 2020) dan turun tajam sebesar 8,28 persen dibandingkan Januari 2020. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA