Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Rencana Impor Satu Juta Ton Katanya Bukan Soal Merugikan Petani, Khudori: Tapi Secara Waktu Tidak Tepat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Kamis, 18 Maret 2021, 16:36 WIB
Rencana Impor Satu Juta Ton Katanya Bukan Soal Merugikan Petani, Khudori: Tapi Secara Waktu Tidak Tepat
Pegiat Komite Pendayagunaan Pertanian, Khudori/RMOL
rmol news logo Rencana pemerintah mengimpor satu juta ton beras ditolak banyak pihak. Namun belakangan, menteri terkait menyatakan keputusan tersebut tidak bermaksud menyengsarakan petani di Indonesia.

Pegiat Komite Pendayagunaan Pertanian, Khudori mengaku sependapat dengan yang disampaikan pemerintah. Namun, dia menilai kebijakan impor tidak tepat jika dilaksanakan dalamwaktu sekarang dan beberapa bulan mendatang.

Hal itu disampaikan Khudori saat menjadi pembicara di talk show Tanya Jawab Cak Ulung Kantor Berita Politik RMOL bertajuk "Politik Impor Beras 1 Juta Ton", yang diselenggarakan virtual, Kamis (18/3).

"Dari sisi waktu rencana impor kalau itu dieksekusi sekarang tidak tepat, tidak pada tempatnya," ujar Khudori.

Berdasarkan data terbaru yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) per 1 Maret 2021, Khudori menyebutkan perkiraan produksi beras pada Januari hingga April ini ada peningkatan 26,8 persen dibanding tahun lalu.

"Jadi ada peluang produksi lebih besar dari tahun lalu. Masa panen raya itu adalah masa yang ditunggu-tunggu petani setelah

mereka bergulat dua sampai tiga bulan mulai dari mengolah tanah, menanam dan memelihara," ucapnya.

Disamping itu, jika melihat pengalaman memanajemen impor Khudori justru mengkalkulasi waktu yang tepat untuk merealisasi rencana pemerintah mengimpor beras adalah pada bulan Agustus atau September.

Karena dari kalkulasinya, impor akan jauh lebih pas kalau dikaji dan diputuskan setelah melewati dua siklus produksi padi. Pertama, saat panen raya yang terjadi antara Februari sampai Mei, jika tidak ada anomali iklim terjadi.

"Itu produksinya 60 sampai 65 persen dari produksi nasional sepanjang satu tahun," katanya.

Siklus kedua, panen yang terjadi Juni hingga Septemeber, yang nilai produksinya bisa mencapai 30 sampai35 persen dari produksi nasional.

"Sisanya paceklik. Itu di Oktober sampai Januari. Nah, Kalau kita menghitung Agustus-September itu paling tidak kita tau kira-kira 80 sampai 85 persen proses produksi sepanjang tahun. Dan itu mementum yang tepat kita melakukan evaluasi," paparnya.

"Jadi sepanjang tahun itu, kalau memang dari perkiraan produksi atau realisasi produksi. Kalau defisit ya harus segera diputuskan harus impor. Dari sisi waktu itu," demikia Khudori menambahkan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA