Menurut anggota Komisi II DPRD Jabar, Faizal Hafan Farid, impor beras menunjukkan keberpihakan pemerintah kepada investor. Impor seakan membuat para tengkulak menang, sedangkan petani sebagai produsen padi selalu kalah karena tidak memiliki daya.
"Bayangkan sekarang harga gabah (bulir padi) itu turun. Mereka dapat Rp 4 ribu per kg pun untungnya belum seberapa. Sekarang malah harganya kisaran Rp 3.300 per kg di tingkat lokal," kata Faizal diberitakan
Kantor Berita RMOLJabar, Selasa (23/3).
Menurutnya, dengan harga Rp 3.300 per kg tidak akan cukup untuk menutupi pengeluaran pupuk maupun operasional. Oleh karena itu, kebijakan impor beras membuat para petani terpuruk bahkan semakin miskin.
Pasalnya, rata-rata para petani berutang di awal kepada tengkulak untuk memenuhi kebutuhan operasional. Ia mencontohkan, modalnya Rp 5-7 juta, hasil yang akan didapatkan dari penjualan gabah tidak akan cukup menutup biaya operasional.
"Bisa jadi setiap para petani panen tidak untung tetapi malah memiliki utang," tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: