Pernyataan Sri Mulyani yang disampaikan di acara temu stakeholder PEN di Kota Semarang, Jawa Tengah tersebut justru dipertanyakan oleh anggota Komisi IX DPR RI Kamrussamad lantaran bunga kredit masih dua digit.
“Bunga kredit masih
double digit, apa mungkin pelaku usaha mau pinjam?†ucap Kamrussamad kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (26/3).
Poliitisi Partai Gerindra ini mengurai walaupun BI Rate 3,5 persen tapi
landing rate ke para pelaku usaha
double digit. Hal itu dikarenakan adanya
cost of funds yang masih tinggi yang dipengaruhi beberapa faktor tingkat suku bunga yang dibayar.
"Komposisi dari portofolio sumber dana, ketentuan mengenai cadangan wajib minimum (reserve requirement)
service cost, pajak atas bunga, tahun efisiensi, dan faktanya Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan lebih banyak berasal dari deposito jangka menengah dan panjang,†katanya.
Dia menambahkan
demand site belum meningkat signifikan, pengajuan kredit oleh masyarakat ke perbankan bisa meningkat apabila pasar sektor riil bergairah.
“Bunga kredit single digit sangat membantu kepercayaan dunia usaha. Karena itu, pemerintah harus tetap melanjutkan insentif tunai melalui perlindungan sosial untuk memompa/push daya beli masyarakat agar
demand site meningkat. Sehingga produksi bisa meningkat,†tandasnya.
Dalam acara temu stakeholder untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional di Semarang, Sri Mulyani menyampaikan harapan agar stimulus perpajakan bisa mendongkrak konsumsi domestik dan mendorong masyarakat untuk lebih berani meminjam uang ke perbankan (kredit). Sebab hal ini bisa membantu pemulihan ekonomi nasional.
Perbankan diharapkan berani untuk memberikan pinjaman dengan suku bunga yang rasional. Saat ini, katanya, suku bunga acuan (BI rate) sudah berada dalam posisi terendah sepanjang sejarah yaitu 3,5 persen.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: