Penolakan tersebut ditegaskan Dewa
lantaran mencium ada sejumlah pihak yang ingin ikut bertarung dalam
pemilihan Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) DKI
Jakarta.
"Disinyalir ada upaya masif guna merebut posisi
strategis pada struktur Nahdlatul Ulama oleh kekuatan politik tertentu
yang punya kepentingan terselubung," kata Dewa kepada wartawan, Kamis
(1/4).
Dewa mengurai, kekuatan parpol tertentu berusaha masuk
dengan berbagai upaya, salah satunya dengan mengusung kader untuk
menduduki pucuk pimpinan di NU.
Dengan majunya politisi dalam
perhelatan Konferensi Wilyah NU DKI, kata dia, akan merusak
khittah Nahdlatul Ulama yang selama ini selalu
memosisikan diri di tengah-tengah dan tak tergoda kepentingan politik
tertentu.
"Nahdlatul Ulama akan dirusak oleh kepentingan politik pragmatis, kepentingan kekuasaan," tegasnya.
Di
sisi lain, Konferwil NU DKI dinilai sebagai ajang
test
case dan
test the water. Jika Konferwil
disusupi politisi, maka semua wilayah akan pula dimasuki oleh pihak
dengan kepentingan politik. Ujungnya adalah ajang Muktamar NU akan turut
direbut.
"Jika itu terjadi, maka sempurnalah Nahdlatul Ulama
sebagai kendaraan politik sekaligus bungker yang aman dari kejaran
komisi antirasuah," tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: