Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia's Democratic Policy, Satyo Purwanto, menanggapi pernyataan SMI yang menyebut ekonomi Islam bisa melepaskan Indonesia dari
middle income trap.
"Setelah ekonomi neoliberal tidak sanggup berjaya digempur pandemi Covid-19, kini ekonom-ekonom neoliberal seperti Sri Mulyani sedang gencar menebar pesona 'bujuk rayu' umat Islam terutama di Indonesia," ujar Satyo kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (9/4).
Menurut Satyo, masyarakat patut curiga jika SMI yang dinilai selama ini memiliki
mindset mengharamkan keadilan dalam ekonomi dan berdagang "bunga" dalam memburu utang, mendadak mulai mendorong untuk menerapkan ekonomi Syariah.
"Orang yang selama ini justru membuat kebijakan yang sangat memudahkan para investor asing 'memburu rente', dengan memberikan konsesi begitu bebas dan mengeruk keuangan bangsa Indonesia dengan status investor dengan investasi tidak langsung yaitu hanya bermain di pasar uang dan pasar modal," jelas Satyo.
Selain itu, lanjt Satyo, SMI selalu memiliki agenda asing. Hal itu bisa dilihat setiap kebijakan SMI yang selalu berkoordinasi dengan 'maha gurunya', yaitu World Bank.
"Rasionalisasinya selalu dikemas dengan UU, PP, PMK hingga terkesan legal konstitusional, tidak heran memang begitu lah gaya kaum neoliberal," tegas Satyo.
Dengan demikian, Satyo merasa heran jika saat ini SMI ingin menggunakan sistem ekonomi Islam.
"Jadi aneh sekarang dia (SMI) sangat peduli dengan ekonomi syariah, atau mungkin SMI sudah hijrah?" pungkas Satyo.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: