Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menko Airlangga: Peran Aktif Indonesia Dalam Perlindungan Lingkungan Dan Penerapan Pembangunan Berkelanjutan Sangat Nyata

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Jumat, 16 April 2021, 10:22 WIB
Menko Airlangga: Peran Aktif Indonesia Dalam Perlindungan Lingkungan Dan Penerapan Pembangunan Berkelanjutan Sangat Nyata
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat mengikuti First Ministerial Roundtable/Ist
rmol news logo Sebagai agenda pendahuluan dari rangkaian kegiatan COP 26 Forest, Agriculture and Commodity Trade (FACT) Dialogue, pada Kamis kemarin (15/4) telah dilaksanakan pertemuan awal pejabat negara setingkat menteri (First Ministerial Roundtable) dari 26 negara.

Pertemuan ini bertujuan membahas dan menyetujui prinsip-prinsip umum dari kolaborasi yang akan dilakukan dalam kegiatan utama COP 26 di Glasgow, Inggris Raya (UK) pada Oktober 2021 mendatang.

COP (Conference to The Parties) merupakan konferensi pengambilan keputusan tertinggi terkait konvensi kerangka perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation
Framework Convention on Climate Change - UNFCCC) di mana pada 2021 ini merupakan pertemuan yang ke-26.

Adapun pertemuan COP pada Oktober 2021 bertujuan tercapainya kesepakatan terkait visi dan peta jalan dari upaya
pelestarian lingkungan serta mitigasi dan adaptasi dari perubahan iklim.

Dalam First Ministerial Roundtable ini, pihak Indonesia dipilih sebagai co-host oleh pihak Inggris Raya, diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto,
yang memberikan opening remarks-nya bersama Menteri Pasifik dan Lingkungan Inggris Raya, Lord Zac Goldsmith of Richmond Park.

Hadir pula dalam pertemuan tersebut COP 26 President Designate UK, The Right Honourable Alok Sharma MP, Wakil Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Alue Dohong, serta para menteri, duta besar, dan pejabat tinggi negara lainnya.

Dalam sambutannya kepada seluruh peserta, Lord Goldsmith menyampaikan perasaan senangnya karena Indonesia bersedia menjadi Co-Chair COP 26 FACT Dialog bersama pihaknya.
Disampaikan Goldsmith bahwa kerjasama dan kolaborasi antara negara produsen dan konsumen sangat penting untuk dilakukan, dalam sebuah kesetaraan, untuk mencapai tujuan bersama.

Lebih lanjut, dijelaskan Goldsmith, terdapat peluang bagi dunia untuk melakukan suatu pendekatan yang berkelanjutan antara pemanfaatan lahan dan produksi komoditas senilai tak kurang 4,5 triliun dolar AS setiap tahunnya hingga 2030. Di mana pada sisi yang lain kelestarian lingkungan tetap dapat terjaga.

“Saya sangat antusias untuk mendengar aksi dari masing-masing negara peserta dalam meningkatkan market dari perdagangan yang berkelanjutan yang memberikan dukungan terhadap kehidupan
sekaligus mahluk hidup di dunia, sementara pada saat yang sama melindungi alam dan lingkungan kita,” ujar Lord Goldsmith, (15/4).

Sementara itu, Menko Airlangga Hartarto dalam sambutannya menegaskan kembali kesediaan dan kesiapan Indonesia sebagai Co-Chair dari COP 26. Pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) dan Paris Agreement.

Dijelaskan pula, Indonesia selalu berkomitmen dan mendukung serta turut aktif secara global dalam perlindungan alam dan keanekaragaman hayati, untuk menghentikan dampak buruk perubahan iklim dengan mengurangi tingkat emisi dan pada saat yang sama mempercepat program pengentasan kemiskinan yang tak kalah penting untuk dilakukan.

Airlangga juga menjelaskan berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan produksi dan perdagangan yang berkelanjutan. Di antaranya penerapan sistem jaminan legalitas kayu dan minyak sawit berkelanjutan (ISPO), upaya mengurangi kayu ilegal dan deforestasi, upaya restorasi dan rehabilitasi lahan gambut serta penetapan lahan konservasi.

”Indonesia akan memimpin dengan memberikan contoh (leading by example),” kata Menko Airlangga.

Indonesia telah mengambil langkah-langkah konkret sebagai negara pertama yang mengimplementasikan Voluntary Partnership Agreement (VPA) on Forest Law Enforcement, Governance and Trade (FLEGT) bersama Uni Eropa dan Inggris.

Pada 2020, Indonesia juga telah berhasil menurunkan 91,84% luas area kebakaran lahan dibandingkan tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, kebakaran hutan di Indonesia pada tahun lalu adalah seluas 300 ribu hektare.
Sementara di Amerika Serikat seluas 3,5 juta hektar, di Uni Eropa seluas 400 ribu hektar, hutan Amazon seluas 2,2 juta, dan 18,6 juta hektare di Australia pada periode yang sama.

Seluruh aksi-aksi ini dilakukan dalam upaya pengurangan 29% emisi di 2030 dan bahkan bukan tak mungkin dengan dukungan kerjasama Internasional diperkirakan dapat dikurangi hingga 41% emisi di 2030.

Menko Airlangga juga menyampaikan perlunya kesamaan informasi, pengetahuan dan persepsi dari seluruh negara agar tindakan-tindakan yang bersifat diskriminasi terhadap upaya mewujudkan produksi dan perdagangan yang berkelanjutan harus dihilangkan.

“Kita semua tentunya sepakat bahwa isu ancaman perubahan iklim dan kelestarian lingkungan tak dapat diselesaikan tanpa kerjasama dan kolaborasi dari seluruh negara di dunia. Upaya ini tentunya dilakukan bersamaan dengan keinginan negara untuk mensejahterakan rakyatnya,” terang Airlangga.

Setelah sesi sambutan, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi group yang diikuti oleh seluruh peserta, dengan beberapa tema terpilih yaitu Market and Trade Development; Dukungan untuk Small Holder; Traceability & Transparency; dan Research, Innovation, and Technology.

Di akhir kegiatan First Ministerial Roundtable, pertemuan ditutup oleh Wamen KLH Alue Dohong. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA