Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ketum PAN: Wacana Poros Islam Kontraproduktif Dengan Rekonsiliasi Nasional

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Jumat, 16 April 2021, 11:11 WIB
Ketum PAN: Wacana Poros Islam Kontraproduktif Dengan Rekonsiliasi Nasional
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan/Net
rmol news logo Partai Amanat Nasional (PAN) menyatakan ketidaksetujuan pada wacana poros Islam yang didengungkan usai pertemuan elite dari PPP dan PKS beberapa waktu lalu.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menilai wacana poros Islam untuk Pilpres 2024 bertolak belakang dengan upaya rekonsiliasi secara nasional untuk memperkokoh persatuan bangsa.

"Saya menilai wacana ini justru kontraproduktif dengan upaya kita melakukan rekonsiliasi nasional, memperkuat dan memperkokoh persatuan, dan kesatuan kita sebagai bangsa dan negara,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (16/4).

Zulhas, sapaannya, lantas teringat kondisi Pilpres 2019 silam yang kental dengan sentimen SARA, politik aliran, dan politik identitas. Hingga kini, luka dan trauma yang ditimbulkan oleh ketegangan dan tarik menarik itu masih terasa.

“Rakyat masih terbelah, meskipun elit cepat saja bersatu. Buktinya capres dan cawapres yang menjadi lawan dari pasangan pemenang kini sudah bergabung,” katanya.

Menanggapi wacana koalisi partai Islam 2024 itu, PAN justru melihat hal tersebut akan memperkuat politik aliran di Indonesia, yang seharusnya dihindari.

Sebagaimana tengah dilakukan PAN, Zulhas meminta agar semua pihak berjuang untuk kebaikan dan kepentingan semua golongan.

PAN sendiri, sambungnya, kini sedang memperjuangkan dan memperkuat politik gagasan. Politik yang mengedepankan konsep dan program.

“Seharusnya saat ini kita bersama-sama berpikir untuk kesejahteraan rakyat, mewujudkan ide kesetaraan, merumuskan gagasan tentang kedaulatan, dan seterusnya,” tegasnya.

Gagasan PAN tentang Islam adalah Islam substansial, Islam tengah (wasathiyah), ajaran Islam yang diterjemahkan ke dalam berbagai dimensi kehidupan.

“Gagasan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Dalam bahasa Buya Hamka, Islam garam, bukan Islam gincu,” tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA