Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Haedar Nashir: Memahami Tajdid Pada Gerakan Muhammadiyah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-kiflan-wakik-1'>AHMAD KIFLAN WAKIK</a>
LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK
  • Jumat, 16 April 2021, 19:37 WIB
Haedar Nashir: Memahami Tajdid Pada Gerakan Muhammadiyah
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir/Net
rmol news logo Kader Muhammadiyah perlu introspeksi atau muhasabah secara objektif tentang kondisi Muhammadiyah saat ini dan bagaimana proyeksinya ke depan.

Begitu dikatakan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam ceramah kajian Ramadhan bertema “Tajdid Organisasi Muhamamdiyah Di Era Perubahan”, Jumat (16/4).

Dikatakan Haedar Nashir, diksi “tajdid” mengandung makna pembaruan, yang
memiliki arti dan konteks yang sangat penting di dunia Islam, yang melekat dengan pesan penting dalam ajaran Islam dan sejarah umat Islam.

"Kelahiran dan jatidiri Muhammadiyah tidak lepas dan bahkan melekat denhan Tajdid, sehingga Muhammadiyah dikenal sebagai Gerakan Tajdid atau Harakatu Tajdid," ujar Haedar.

Pada Muktamar ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta, dikatakan Haedar, disepakti dan ditetapkan kebijakan “Retajdid" yakni memperbarui kembali Muhammadiyah yang menghasilkan beberapa hal.

"Retajdid di bidang ideologi menghasilkan 'Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah' (1969), retajdid bidang perjuangan yaitu 'Khittah Muhammadiyah (1971), retajdid bidang dakwah menghasilkan 'Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah' (1968), retajdid amal usaha menghasilkan sejumlah kebijakan dan program, serta yang belum tergarap retajdid bidang organisasi," jelas Haedar.

"Tajdid bidang organisasi tidak linier berkaitan dengan kelembagaan, tetapi sebenarnya berkaitan dengan nilai, pelaku, sistem atau struktur, budaya, dan lingkungan," imbuhnya.

Meski begitu, Haedar menekankan, Tajdid Muhammadiyah tidak sama dengan gerakan revivalisme Islam, yang diartikan kebangkitan kembali Islam.

Lanjutnya, Muhammadiyah juga bukan dan tidak beraliran gerakan fundamentalisme Islam. Gerakan yang ingin kembali ke hal yang prinsip sebagai respons atas modernisme dan sekularisme.

"Salah satu karakteristik atau ciri terpenting dari fundamentalisme Islam ialah pendekatannya yang literal terhadap sumber Islam (Al Quran dan al Sunnah) dan bersikap ekslusif terhadap golongan lain," katanya.

Sedangkan Tajdid Muhammadiyah bersifat purifikasi dan dinamisasi, tersistem dalam tajdid jama’i (kolektif kelembagaan), serta berorientasi pada kemajuan.

"Islam berkemajuan dan gerakan pencerahan menjadi karakter tajdid Muhammadiyah," demikian Haedar. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA