Wisata religi identik dengan kujungan yang membeludak hingga tidak menjaga jarak. Sementara di masa pandemi ini, mobilitas hingga jarak seseorang harus dibatasi.
"Sangat berisiko (wisata religi di masa pandemi)," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno dalam keterangan tertulisnya, Minggu (18/4).
Berangkat dari hal tersebut, Sadiaga berujar bahwa tren wisata ke depan seperti wisata religi harus mampu menyesuaikan panduan yang sudah ditetapkan dalam pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro, termasuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin.
"Kita juga harus memastikan jumlah dari kunjungan wisatawan tidak membludak. Ada pendekatan pembatasan dan informasi yang nantinya akan berbasis aplikasi teknologi," ujarnya.
Oleh karena itu, Sandiaga mengatakan, penerapan prinsip CHSE (Cleanliness, Helath, Safety and Environment Sustainability) sudah menjadi sebuah keharusan.
Penerapan CHSE itu tidak hanya di destinasi-destinasi utama seperti Ancol atau Kota Tua Jakarta, juga di beberapa destinasi unggulan lainnya. Tetapi juga sampai menyentuh situs-situs religi.
"Kuncinya adalah bagaimana sosialisasi dan edukasi kami kepada para pengelola destinasi wisata, terutama wisata religi," demikian Sandiaga.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: