Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Eks Ketua PKB Lamteng Akui Diminta Wagub Lampung Menagih Mahar Ke Mustafa Untuk Dapat Rekomendasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Jumat, 23 April 2021, 08:48 WIB
Eks Ketua PKB Lamteng Akui Diminta Wagub Lampung Menagih Mahar Ke Mustafa Untuk Dapat Rekomendasi
Mantan Ketua DPC PKB Lampung Tengah Slamet Anwar/RMOLLampung
rmol news logo Satu per satu fakta persidangan mulai mengungkap lebih gamblang kasus dugaan suap dan gratifikasi yang melibatkan mantan Bupati Lampung Tengah, Mustafa, dan Wakil Gubernur Lampung saat ini, Chusnunia Chalim.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Mantan Ketua DPC PKB Lampung Tengah, Slamet Anwar, membeberkan cara Wakil Gubernur Lampung, Chusnunia Chalim alias Nunik, yang memerintahkan untuk menagih uang mahar rekomendasi PKB ke mantan Bupati Lampung Tengah Mustafa.

Ia menjelaskan, awalnya ia diperintahkan Nunik menemui Mustafa untuk menanyakan apakah ingin diusung PKB dalam pemilihan Gubernur Lampung pada 2018 atau tidak. Kalau serius, Mustafa diminta datang ke Gedung Anshor bersama Slamet.

Hal ini terungkap dalam persidangan kasus dugaan suap dan gratifikasi mantan Bupati Lamteng Mustafa di Pengadilan Negeri Tanjungkarang, Kamis (22/4).

Kemudian, dituturkan Slamet, ia menemani Mustafa datang ke Gedung Anshor untuk bertemu dengan Sekretaris Gerakan Pemuda (GP) Ansor Lampung, Muhidin Tohir dan Khidir Ibrahim.

Namun ia tak tahu apa yang dibahas, pasalnya ia menunggu di luar.

"Satu bulan kemudian, Mustafa bertanya ke saya, 'bagaimana Nunik serius enggak?' Saya jawab siap. Kemudian Khidir nelpon saya minta menyampaikan dua pesan ke Mustafa," katanya, dikutip Kantor Berita RMOLLampung.

"Saya tanya, 'sanggup enggak sama nominalnya, kapan bisanya'. Mustafa jawab, 'jangankan duit, belahan jiwa juga saya berikan'. Saya enggak tahu nominalnya, saya cuma disuruh menyampaikan dua pesan itu," tambahnya.

Setelah itu, Midi Iswanto menghubungi Slamet agar tidak berkomunikasi dengan Mustafa. Namun, ia pernah menghubungi Mustafa untuk memastikan apakah uang mahar tersebut sudah diserahkan atau belum.

Ia melanjutkan, setelah ada kabar kalau rekomendasi PKB yang awalnya untuk Mustafa dan dialihkan ke Arinal Djunaidi-Nunik, sempat terjadi perpecahan di tubuh PKB. Bahkan, Khaidir Bujung sempat ingin membuang uang mahar Mustafa ke muka Nunik.

"'Kalau enggak ada rekomendasi gue taburin uang ini di depan muka Mbak Nunik', itu kata Bujung. Waktu itu sudah panas, saya dengar Rp 14 miliar untuk mahar itu," katanya.

Kemudian, para Ketua DPC PKB Lampung, tanpa Ketua DPC Lampung Timur Ahmad Basuki, berkumpul melakukan rapat pleno untuk menyatakan tetap mendukung Mustafa. Saat itu, Slamet mengaku mendapat telepon dari Nunik agar tak ikut campur.

"Saya dapat telepon dari Nunik, bilang enggak usah ikut-ikut rapat-rapat apa, setelah itu saya pulang duluan. Saya ditelepon lagi disuruh balik," paparnya.

Usai pleno, lanjut Slamet, masing-masing Ketua DPC yang hadir menerima Rp 25 juta. Ini juga diakui mantan Sekretaris DPW PKB Lampung, Okta Rijaya, yang saat ini menjabat Wakil Ketua DPW PKB Lampung.

Okta mengaku awalnya tak tahu menahu soal mahar politik Mustafa. Ia baru tahu belakangan dari Midi dan Khaidir Bujung bahwa Mustafa memberikan mahar Rp 18 miliar.

"Selain dibagi itu (Rp 25 juta), saya tidak tahu uang itu dipakai untuk apa. Saya menerima Rp 25 juta lagi saat di Jakarta untuk operasional setelah tanda tangan rekomendasi awal. Sudah saya kembalikan ke KPK," pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA