Menurut Koordinator Eksekutif Jaringan Aktivis Kemanusiaan Internasional (JAKI), Yudi Syamhudi Suyuti, konflik hibrida kini sedang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.
"Kasus Papua, tekanan pada politik Islam berbarengan dengan munculnya kembali terorisme, pelemahan demokrasi dan prinsip-prinsip kemanusiaan, korupsi, terkurasnya APBN hingga defisit tinggi dan perebutan distributor
vaccine beserta sejumlah bisnis cabang-cabangnya. Ini contoh beberapa yang terjadi di Indonesia dan global," jelas Yudi Syamhudi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (2/5).
Di luar itu semua, kata dia, tahun 2021 merupakan tahun di mana kontrak-kontrak perjanjian internasional di banyak negara mulai habis, termasuk Indonesia bersamaan dengan berkembangnya virus global pandemi Covid-19.
Dalam kasus yang terjadi saat ini, jelasnya, geopolitik dan geososial saling menjalin relasi kuat dengan menggunakan saluran-saluran informasi teknologi yang semakin maju.
Yang jadi soal, saat ini pemerintah Indonesia harus mampu menempatkan bangsa di posisi yang kuat sebagai dasar strategi utama memenangkan konflik hibrida saat ini.
"Strategnya yaitu negara harus kembali pada kekuatan utamanya, rakyat," tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.