kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2021 minus 0,74 persen.
Meski masih minus, data ini disambut antusias oleh Jurubicara Presiden Joko Widodo, Fadjroel Rachman.
"Alhamdulillah pengorbanan 270 juta Rakyat Indonesia selama 1 tahun disiplin protokol kesehatan, juga #TidakMudik tahun lalu dan tahun ini, 6-17 Mei 2021 ada hasilnya. Ekonomi semakin membaik menuju positif, bahkan Maluku, Papua, Sulawesi ekonomi sudah positif!" tulis Fadjroel di akun Twitter pribadinya, Rabu (5/5).
Menanggapi pernyataan Fadjroel, Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (INFUS), Gde Siriana Yusuf, justru meminta sang Jubir tidak buru-buru merasa senang Karena ada perhitungan lain yang juga harus dicermati untuk bisa menunjukkan kalau ekonomi Indonesia sudah tumbuh sesuai target.
"Jangan keburu senang bung. Karena prediksi pemerintah
growth ekonomi 2021 adalah 4,5 - 5,3%," ucap Gde Siriana Yusuf menanggapi pernyataan Fadjroel, Kamis (6/5).
Gde Siriana kemudian memaparkan, jika Q1 masih
shrinking 0,74% alias masih minus, maka pada Q2 minimal ekonomi harus sudah tumbuh sekitar 7-8% untuk bisa memenuhi prediksi pemerintah.
"Apakah itu realistis? Karena jika tidak jumping di Q2, tampaknya Semester II/2021 makin
imposible merealisasikan 4,5-5,3%," jelasnya.
Lebih lanjut, kata Gde Siriana, jika tahun ini realisasinya
growth hanya tumbuh di bawah 4%, artinya persoalan pengangguran belum bisa diselesaikan.
Jika persoalan pengangguran masih berpengaruh, bagaimana daya beli bisa
comeback?
"Iya hal yang payah tapi dibilang bagus. Itu kan menipu publik. Anda mau tempuh 1.000 km setahun. Normalnya tiga bulan harus sudah jalan 250 km. Ini tiga bulan masih jalan mundur," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: