Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Merasa Diabaikan Dan Dijadikan Ladang Bisnis, Alasan Pencari Suaka Bertenda Di Kantor UNHCR

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-alfian-1'>AHMAD ALFIAN</a>
LAPORAN: AHMAD ALFIAN
  • Selasa, 18 Mei 2021, 15:42 WIB
Merasa Diabaikan Dan Dijadikan Ladang Bisnis, Alasan Pencari Suaka Bertenda Di Kantor UNHCR
Para pencari suaka di depan Kantor UNHCR, Kebon Sirih, Jakarta/RMOL Jakarta
rmol news logo Merasa diabaikan oleh Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR)  menjadi alasan sejumlah warga negara asing (WNA) pencari suaka kembali memadati kantor UNHCR yang berada di Menara Ravindo, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (18/5).

Sebagaimana diberitakan Kantor Berita RMOL Jakarta, seorang pengungsi asal Afganistan bernama Jumrin mengatakan bahwa nasibnya dan pengungsi lain seperti digantung selama berada di Indonesia.

"Saya sudah empat tahun di Indonesia. Ada yang sudah 16 tahun. Paling lama 21 tahun. Jadi beda-beda," katanya dengan menggunakan bahasa Indonesia dan sesekali bercampur bahasa Inggris.

Lebih lanjut, Jumrin bercerita bahwa dirinya dan pengungsi lain yang berjumlah 50 orang mendatangi Indonesia untuk mencari perlindungan lantaran negaranya yang tengah berkonflik.

Namun dia merasa diabaikan oleh pihak UNHCR. Sebab hingga saat ini tidak ada kejelasan untuk status mereka. Bahkan muncul dugaan mereka merasa sedang dijadikan lahan bisnis UNHCR untuk mengeruk uang.

"Kami ingin keluar dari Indonesia tapi pemerintah sini tidak izinkan. Mungkin mereka (UNHCR) dapat duit. Kalau kami keluar, mereka tidak dapat uang lagi. Jadi mereka lagi bisnis," singgungnya.

Ketidakjelasan ini pun membuat para pengungsi berulang kali melakukan demo di depan kantor UNHCR untuk mencari kepastian.

Tetapi akibat unjuk rasa yang dilakukan itu tidak sedikit dari para pengungsi yang  menerima warning letter dari UNHCR.

"UNHCR keluarkan warning letter. Isinya kalau enggak pergi dari sini nanti kamu di penjara. Tidak bisa dipindahkan ke negara ketiga," kata Jumrin yang juga telah menerima warning letter sebanyak tiga kali.

Ketidakpastian nasib ini pula membuat para pengungsi frustasi yang akhirnya mengambil jalan pintas. Tercatat sudah ada 13 pengungsi asal Afganistan yang bunuh diri.

Kendati demikian, Jumrin turut mengucapkan terima kasih kepada warga Indonesia yang telah peduli dengan memberikan logistik kepada para pengungsi.

Selanjutnya untuk urusan bersih-bersih, Jumrin menuturkan para pengungsi memanfaatkan masjid-masjid yang ada di sekitar Kebon Sirih.

"Jadi kami minta kepastian. Semoga didengar," tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA