Sebagaimana diberitakan
Kantor Berita RMOL Jakarta, seorang pengungsi asal Afganistan bernama Jumrin mengatakan bahwa nasibnya dan pengungsi lain seperti digantung selama berada di Indonesia.
"Saya sudah empat tahun di Indonesia. Ada yang sudah 16 tahun. Paling lama 21 tahun. Jadi beda-beda," katanya dengan menggunakan bahasa Indonesia dan sesekali bercampur bahasa Inggris.
Lebih lanjut, Jumrin bercerita bahwa dirinya dan pengungsi lain yang berjumlah 50 orang mendatangi Indonesia untuk mencari perlindungan lantaran negaranya yang tengah berkonflik.
Namun dia merasa diabaikan oleh pihak UNHCR. Sebab hingga saat ini tidak ada kejelasan untuk status mereka. Bahkan muncul dugaan mereka merasa sedang dijadikan lahan bisnis UNHCR untuk mengeruk uang.
"Kami ingin keluar dari Indonesia tapi pemerintah sini tidak izinkan. Mungkin mereka (UNHCR) dapat duit. Kalau kami keluar, mereka tidak dapat uang lagi. Jadi mereka lagi bisnis," singgungnya.
Ketidakjelasan ini pun membuat para pengungsi berulang kali melakukan demo di depan kantor UNHCR untuk mencari kepastian.
Tetapi akibat unjuk rasa yang dilakukan itu tidak sedikit dari para pengungsi yang menerima warning letter dari UNHCR.
"UNHCR keluarkan warning letter. Isinya kalau enggak pergi dari sini nanti kamu di penjara. Tidak bisa dipindahkan ke negara ketiga," kata Jumrin yang juga telah menerima
warning letter sebanyak tiga kali.
Ketidakpastian nasib ini pula membuat para pengungsi frustasi yang akhirnya mengambil jalan pintas. Tercatat sudah ada 13 pengungsi asal Afganistan yang bunuh diri.
Kendati demikian, Jumrin turut mengucapkan terima kasih kepada warga Indonesia yang telah peduli dengan memberikan logistik kepada para pengungsi.
Selanjutnya untuk urusan bersih-bersih, Jumrin menuturkan para pengungsi memanfaatkan masjid-masjid yang ada di sekitar Kebon Sirih.
"Jadi kami minta kepastian. Semoga didengar," tutupnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: