Namun dalam melakukan survei tentu harus memiliki ilmu tentang teknik sampling yang mumpuni. Termasuk dalam membuat aneka pertanyaan harus diuji validitas dan reabilitasnya, agar hasilnya akurat. Paling tidak mendekati kondisi sesungguhnya.
Demikian dijelaskan Direktur Riset Indonesian Presidential Studies (IPS), Arman Salam, melalui keterangannya, Sabtu (22/5).
Melakukan kombinasi figur-figur capres untuk diuji, menurut Arman, sah sah saja. Namun dalam konteks analisis, perlu ditegaskan jika figur tersebut telah disegmentasikan.
"Dalam survei simulasi seperti itu biasa untuk melihat pola peralihan suara, tetapi dalam memberikan informasi kepada publik terkait figur potensial capres tampaknya tidak banyak diberikan. Malah terkesan sebagai dagangan nama yang ingin diorbitkan," papar alumnnus Statistika IPB ini.
Jika bicara calon presiden, sebaiknya semua nama potensial dari semua latar belakang calon harus dimasukan. Karena siapapun berpeluang mancalonkan.
Jika diparsialkan, lanjut Arman, bisa jadi Tukul Arwana masuk 5 besar calon presiden, jika pertanyaan dibatasi. Misalnya 'dari pelawak kondang di Indonesia siapa yang dipilih ibu atau bapak menjadi presiden 2024'.
Survei terakhir IPS terkait capres dari latar belakang menteri Jokowi, Prabowo dan Sandiaga Uno berada jauh di atas meninggalkan yang lain.
"Namun jika semua figur yang berpotensi dari berbagai latar belakang baik pimpinan partai, kepala daerah, politisi, militer, akademisi, maupun menteri-menteri, maka nama Prabowo, Anies, Ganjar, dan Ridwan Kamil masih sengit di papan atas," pungkas Arman.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: