Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

'Perang Saudara' Kubu Puan Versus Ganjar, Bikin Bingung Kader Banteng Dan Jokowers

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yelas-kaparino-1'>YELAS KAPARINO</a>
LAPORAN: YELAS KAPARINO
  • Senin, 24 Mei 2021, 12:14 WIB
'Perang Saudara' Kubu Puan Versus Ganjar, Bikin Bingung Kader Banteng Dan Jokowers
Rundown acara pengarahan Ketua DPP PDIP Puan Maharani kepada kepala daerah se-Jateng yang beredar di media./Repro
rmol news logo Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meradang. Di twitter, Minggu (23/5) lalu,  ia mengunggah klip video sedang memakan mie instan tengah malam disertai caption “bengi-bengi kok pengen ngemi, kelingan jaman kos (malam-malam kok ingin  makan mie, teringat jaman jadi anak kos). Satu kurang, dua kebanyakan.”

Menurut riset yang dilakukan John Hopkins University of Medicine, rasa lapar di malam hari seringkali merupakan sinyal adanya stres yang tinggi. Dan makan banyak di tengah malam adalah pelampiasan rasa stres itu.

Ganjar pantas stres. Popularitas dan elektabitas tinggi yang dibangunnya selama ini ternyata tidak mendapatkan penghargaan semestinya dari tokoh-tokoh penting di partainya. Alih-alih mendapatkan sanjungan, Ketua Bappilu (Badan Pemenangan Pemilu) yang juga menjabat Ketua DPD Partai Demokrai Indonesia Perjuangan (PDIP) Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, malah melancarkan serangan terbuka secara bertubi-tubi kepadanya.

Tak hanya berkomentar negatif atas kampanye media sosial yang dilakukan Ganjar. Ia menyepelekan hasil-hasil survei yang menempatkan Ganjar pada posisi puncak. Orang dekat Puan Maharani itu juga menilai bahwa sang gubernur terlalu berambisi menjadi Presiden. Menurut pria yang akrab disapa Bambang Pacul itu, manuver Ganjar tidak baik bagi partai. Sebab, belum ada instruksi apapun dari Ketum PDIP Megawati Soekanoputri terkait dengan pencapresan 2024.

Keretakan di tubuh PDIP pun seolah sengaja dipertontonkan ke publik. Ganjar tidak diundang saat Puan Maharani selaku Ketua DPD PDIP datang ke Semarang untuk memberikan arahan kepada seluruh kepala daerah se-Jateng yang merupakan kader PDIP (23/5). Di dalam undangan resmi acara tersebut bahkan dicantumkan kalimat yang menyatakan bahwa undangan tidak berlaku untuk Gubernur Jawa Tengah.

Pacul menjelaskan bahwa Ganjar tidak diundang karena pria berambuat perak itu dinilai telah melangkah terlalu jauh.

“(Ganjar) wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, ojo keminter (jika kamu pintar, jangan bersikap sok pintar),” ujar Pacul seusai acara pengarahan Puan Maharani di Semarang itu.

Respon negatif Pacul atas rajinnya Ganjar bermain sosmed dan pencapaian gemilangnya di survei-survei itu mengherankan kalangan pengamat. Sebab, terkereknya popularitas dan elektabilitas Ganjar juga dinilai berdampak positif pada PDIP.

“Sebetulnya, semakin banyak  tokoh sebuah partai yang muncul dalam rangking survei justru semakin bagus buat partai tersebut. Sebab, upaya politik yang dilakukan tokoh tersebut tentu juga berdampak positif  pada popularitas dan elektabilitas partainya juga,” ujar Fajar Shodik, praktisi strategi komunikasi politik dari Pekalongan, Jawa Tengah.

Menurut Fajar, tindakan Pacul berupaya menghentikan langkah Ganjar bisa dibaca sebagai kecemburuan kubu Puan Maharani dalam menyikapi kemonceran nama Ganjar di media  sosial dan tangga survei. Agar tidak merusak soliditas partai, konflik internal semacam itu seharusnya tak dipertontonkan ke ruang publik.

“Dalam konteks persaingan politik, jegal menjegal atau ganjal mengganjal merupakan hal yang sangat lumrah. Tetapi karena mereka merupakan rekan satu partai, apalagi Mas Pacul adalah anggota Mas Ganjar di Kagama (keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada), move beliau seyogyanya dilakukan di dalam internal partai saja,” lanjut alumnus Universitas Muhammadiyah Surakarta itu, Senin (24/5).

Lebih lanjut, Fajar menilai bahwa tindakan keras kubu Puan Maharani untuk menghentikan langkah Ganjar dapat merugikan partai. Publik, khususnya kader dan simpatisan PDIP  serta para pendukung Jokowi (Jokowers) tentu dibuat bingung dengan drama “perang saudara” semacam ini.

“Dulu, Mas Jokowi melakukan langkah-langkah yang mirip dengan yang dilakukan Mas Ganjar saat ini. Jika dulu dinilai sah-sah saja dan baik untuk partai, kenapa sekarang dihentikan dan dianggap buruk?,” tandasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA