Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dibanding Jokowi, Bully dan Fitnah Untuk Anies Justru Lebih Banyak

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-alfian-1'>AHMAD ALFIAN</a>
LAPORAN: AHMAD ALFIAN
  • Rabu, 26 Mei 2021, 12:51 WIB
Dibanding Jokowi, Bully dan Fitnah Untuk Anies Justru Lebih Banyak
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan/Net
rmol news logo Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, seolah tak pernah berhenti diserang isu tak sedap yang dilancarkan pihak-pihak tertentu.

Teranyar, orang nomor di ibukota itu disebut telah menerima gratifikasi berupa rumah mewah dari pengembang reklamasi.

Terkait hal ini, anggota DPRD DKI Jakarta, Muhammad Taufik Zoelkifli mengungkapkan, para pemfitnah Anies berasal dari dua kelompok yang belum mau move on dari Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019 yang merasa telah 'berdarah-darah'.

"Kritik dan serangan sudah tidak fair dan jauh dari objektivitas," kata Taufik saat berbincang dengan Kantor Berita RMOLJakarta, Rabu (26/5).

Menurutnya, fitnah tersebut dilancarkan oleh sekelompok orang yang didukung bohir invisible dengan menggunakan sarana medsos yang followers jutaan.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga menduga, motif penyerangan lainnya kepada Anies adalah ingin menjegalnya maju ke Pilpres 2024.

"Dengan cara mencemarkan reputasinya, tidak memberi panggung padanya, sampai ke serangan dengan fitnah," jelas Taufik.

Sosok yang akrab disapa MTZ ini tidak memungkiri, bully dan fitnah juga sering dialamatkan kepada Presiden Joko Widodo.

"Tapi saya lihat posisi bully dan fitnah ini sudah tidak seimbang. Anies lebih banyak diserang. Karena kubu Anies lebih lemah," bebernya.

Ia menegaskan, meskipun berasal dari pendukung Anies, partainya tetap objektif dalam memberikan penilaian. Hal ini penting untuk menjaga keutuhan bangsa.

"Perlu diingat, bahwa kita memuji dan menyerang kebijakannya, bukan pribadinya. Ini bukan masalah pribadi tapi ini adalah masalah keberlangsungan kita sebagai bangsa," tegasnya.

MTZ lantas mengajak semua pihak untuk berbicara dan bersikap sebagai negarawan yang sejati dengan meletakkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun golongan. Serta mengajak untuk mengedepankan akhlak dalam bertindak.

"Bukankah ketika kita bangkit secara nasional pada 20 Mei 1908, para Bapak Bangsa kita mendirikan organisasi Boedi Oetomo yang artinya adalah Akhlaq yang Mulia?" pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA