Menurut politisi Gerindra Arief Poyuono, mafia pengadaan alutsista sudah ada jauh sebelum Prabowo Subianto menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
"Para mafia pengadaan alutsista sebelum era Menhan Prabowo cuma modal kertas pengangkatan sebagai agen perusahaan pabrik alutsista. Mereka melakukan tender alutsista dan
mark up nilai alutsista hingga 40-50 persen dari harga pabrik," kata Arief Poyuono kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (28/5).
Agen pabrik alutsista tersebut sudah menjadi mafia alutsista dan bermain dengan wakil rakyat di Senayan dalam mengatur anggaran. Dalam proses tersebutlah, terjadi transaksi antara mafia dan oknum anggota DPR.
"Yang saya dapat info itu, oknum anggota DPR RI dapat fee 10 sampai 13 persen dari anggaran alutsista yang akan dibeli dari agen-agen pabrik alutsista," sambungnya.
"Data-data anggota DPR RI periode sebelum Kemenhan Prabowo yang jadi antek-antek mafia alutsista saya tahu siapa saja," aku Poyuono.
Di era Prabowo, Kementerian Pertahanan hingga kini belum melakukan pembelian alutsista, melainkan baru dalam tahap negoisasi dengan pabrik alutsista secara langsung, tanpa melalui perusahaan-perusahaan yang disebutnya sebagai agen pabrik alutsista.
Yang dilakukan Prabowo ini sudah tepat karena dengan melakukan pembelian langsung ke pabrik alustsista, harganya akan jauh lebih murah. Cara inilah yang dinilai membuat para mafia alutsista kebakaran jenggot.
"Saya rasa ini yang disebut
fight back mafia alustsista ke Prabowo ya. Karena kebijakan Prabowo terkait belanja alutsista ini membuat 'bakul nasi' agen-agen pabrik alutsista luar negeri jadi pada jomplang," sindir Poyuono.
Di sisi lain, polemik dan kritikan sejumlah pihak terhadap pengamat pertahanan sekaligus akademisi, Connie Rahakundini juga jadi sorotan Arief Poyuono. Terlebih bila Connie dianggap sebagai bagian dari Partai Nasdem.
"Kalau begitu, maka Connie
objective ngomong mafia alutsista. Karena Nasdem kan bagian dari pemerintahan Jokowi," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: