Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat: AHY Bukan SBY, Itu Problematika Demokrat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/yelas-kaparino-1'>YELAS KAPARINO</a>
LAPORAN: YELAS KAPARINO
  • Selasa, 08 Juni 2021, 17:36 WIB
Pengamat: AHY Bukan SBY, Itu Problematika Demokrat
Direktur Indo Barometer M Qodari./Net
rmol news logo . Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) belum bisa serta-merta disejajarkan dengan ayahnya, presiden dua periode Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Problematika di Partai Demokrat saat ini karena kerap menyamakan kedua sosok itu.

Demikian pandangan yang disampaikan Direktur Indo Barometer M Qodari menanggapi wacana duet AHY  dan Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto pada Pilpres 2024.

"Saya mau garis bawahi itulah problem teman-teman di Demokrat karena selalu melihat AHY itu persis seperti SBY. Padahal tidak bisa dibandingkan. Jadi walaupun AHY ini anak SBY, tapi elektabilitasnya beda jauh,” ujar Qodari dalam keterangan yang diterima redaksi, Selasa (8/6).

Qodari mengatakan, dari segi karir di militer SBY sudah jenderal. Dari segi pengalaman di pemerintahan, SBY berkali-kali menjabat menteri.

“Dari segi elektabilitas, SBY ya survei pertama nomor dua, lalu nomor satu. Jauh gitu loh ke mana-mana. Jadi memang sulit untuk Demokrat ini bangkit ya atau maju kalau cara melihat AHY itu tidak realistis, cara melihat AHY itu disama-samakan dengan SBY," jelasnya.

Qodari menilai analisis Demokrat bahwa duet AHY-Airlangga akan mengulangi kejayaan pasangan SBY - JK hanya halusinasi.

“Karena elektabilitas AHY itu jauh berbeda dengan SBY di tahun 2004 yang lalu Karena itu peluang menangnya juga berat," kata Qodari.

Menurut Qodari, duet AHY dan Airlangga justru akan memberatkan Partai Golkar.

"Kasihan Partai Golkar yang punya kursi begitu banyak kalau dipasangkan dengan calon yang popularitasnya tanggung, elektabilitasnya tanggung," kata dia.

Qodari menyarankan Golkar mencalonkan ketum mereka, Airlangga Hartarto, dengan tokoh lain. Airlangga, kata dia, seharusnya dipasangkan dengan sosok yang memiliki elektabilitas tinggi.

"Karena kursi yang begitu banyak akan menjadi sia-sia. Ya Partai Golkar lebih baik mengusung Airlangga Hartarto sendiri sebagai calon presiden atau kalau mau mengusul Airlangga sebagai calon wakil presiden harus dipasangkan dengan calon presiden yang popularitasnya sangat tinggi. Misalkan dengan Pak Jokowi, tentu dengan catatan Pak Jokowi 3 periode. Atau dengan Prabowo. Jadi bisa diterima akal sehat," katanya.

Qodari juga membandingkan pengalaman AHY dan Airlangga. Dia menyebut AHY belum punya banyak pengalaman politik dan belum pernah menjadi pejabat negara.

"Tapi kalau AHY dengan Airlangga ya kasihan Pak Airlangganya, kasihan Partai Golkarnya. Elektabilitasnya jauh, belum lagi kita bicara pengalaman. Pengalaman Pak Airlangga di pemerintahan ya jauh lebih banyak dibandingkan dengan AHY," sebutnya.

"AHY belum pernah anggota DPR, belum pernah menteri, belum pernah kepala daerah, ya jabatan terakhirnya apa tuh, lupa saya. Sementara Pak Airlangga udah anggota dewan, sudah menteri, Menko lagi. Jadi kualitatifnya nggak ketemu, kuantitatifnya juga nggak ketemu," tandas Qodari. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA