Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mentan Perkuat Strategi Kolaborasi Untuk Pacu Produktivitas Pertanian

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Sabtu, 12 Juni 2021, 19:42 WIB
Mentan Perkuat Strategi Kolaborasi Untuk Pacu Produktivitas Pertanian
Ilustrasi pertanian padi/Net
rmol news logo Peningkatan produksi pertanian menjadi satu hal yang terus dipacu Kementerian Pertanian, guna memenuhi stok pangan dalam negeri.

Kolaborasi antara peneliti, penyuluh, serta petani, menjadi penekanan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo. Menurutnya, strategi itu dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.

Dengan kolaborasi, Syahrul yakin produktivitas pertanian dapat ditingkatkan. Sebab dia memandang Indonesia sebagai negara yang diberikan banyak kelebihan dalam mendukung pertanian. Antara lain memiliki matahari yang cerah, lahan yang luas, perairan yang banyak.


"Berikan pupuk yang baik, bibit yang bagus dan lakukan manajemen dengan baik. Maka kita tidak mungkin susah,” ujar Syahrul dalam keterangan tertulis yang diterima Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (12/6).

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu sangat berharap, produktivitas pertanian di masing-masing daerah yang mempunyai potensi luas lahan dapat dimaksimalkan.

Ada beberapa cara yang menurutnya bisa menjadi pengenjot skala produktivitas pertanian. Diantaranya melalui peningkatan Indeks Pertanaman dengan cara percepatan pengolahan lahan.

"Sehingga dapat segera melakukan tanam padi, pemanfaatan jaringan irigasi yang telah dibangun, dan perluasan di areal baru pada lahan kering, lahan rawa-lebak, dan hasil cetak sawah," tuturnya.

Dalam webinar Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 19, Jumat (11/6),  Terpisah Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi memaparkan satu strategi lainnya dalam meningkatkan produktivitas produk pertanian.

"Peningkatan produktivitas utamanya berasal dari petani dan penyuluh pertanian," katanya.

Dedi menambahkan, kebutuhan pembangunan pertanian harus diawali dari SDM pertanian yaitu petani, praktisi pertanian dan penyuluh, bukan pupuk atau irigasi dan lain sebagainya.

Katanya, selama kurang lebih 10 tahun produktivitas padi stagnan di 2,5 ton/ha (range 5,1-5,2 ton/ha produktivitas padi). Untuk itu, pihaknya mengevaluasi penyebab produktivitas yang stagnan tersebut.

"Apakah inovasi teknologi yang kurang, atau petani dan penyuluh kemampuannya kurang? Oleh karena itu diperlukan optimalisasi sinergitas antara peneliti, penyuluh dan petani," ujarnya.

Peneliti Padi yang menjadi narasumber MSPP, Zuziana Susanti, mengatakan diperlukan persiapan Lahan Olah Tanah Basah (existing olah tanah), Olah Tanah Kering dan Tanpa Olah Tanah.

Selain itu menurutnya, juga diperlukan bibit unggul atau bermutu yang bisa dilihat dari genetiknya yaitu murni dari satu varietas. Adapun ciri-cirinya, secara fisik tidak tercampur dengan biji gulma atau biji tanaman lain, serta hama dan penyakit berukuran penuh/bernas dan seragam.

"Serta secara fisiologi yaitu daya kecambah di atas 80 persen tumbuh normal," jelas Zuziana.

Disamping itu, produktivitas tanaman juga dapat dilakukan dengan pemberian pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang sesuai dengan tingkat kesuburan tanah serta kebutuhan tanaman. Tujuannya, untuk mencapai hasil yang optimal dengan kombinasi pupuk anorganik dengan bahan atau pupuk organik dan pupuk hayati.

"Diperlukan pemberian pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai hasil yang optimal," bebernya.

"Kombinasi pupuk anorganik dengan bahan atau pupuk organik dan pupuk hayati untuk mendapatkan produksi optimal,” tutup Zuziana. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA