Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa, mewanti-wanti hal tersebut.
Pasalnya, pengalaman pandemi tahun 2020 yang lalu telah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap Indonesia.
"Kita tahu persis kenyataannya 2020. Bappenas menghitung ada 29 juta orang terdampak pandemi tahun lalu," ujar Suharso dalam Webinar bertajuk "Kebijakan Pemerintah, Peluang, Tantangan, dan Kepemimpinan di Masa dan Pasca Pandemi Covid-19" pada Selasa (15/6).
Eks anggota DPR fraksi PPP ini menjelaskan, di tahun 2045 atau 100 tahun kemerdekaan, diharapkan Indonesia menjadi negara dengan PDB besar di dunia yang mencapai 23.199 triliun dolar Amerika Serikat.
Akan tetapi berdasarkan pengalaman pandemi tahun lalu, Suharso memandang perlu adanya kebijakan akseleratif yang bisa memperbaiki kondisi ekonomi sekaligus pandemi Covid-19.
Sebabnya, Bappenas mencatat daya beli masyarakat pada tahun 2020 hilang atau
loss of income mencapai Rp 374,4 triliun. Angka ini sesuai dengan jumlah masyarakat yang kehilangan jam kerjanya sebanyak 50 persen di sektor industri dan pariwisata.
"Ini ada hubungannya dengan kita bisa
men-contain virus corona, sehingga bisa terjadi mobilisasi penduduk yang membuat ekonomi bergerak," tutur Suharso.
"Kita butuh transformasi supaya bisa mengembalikan ke trajektori awal tadi. Caranya dengan kita melakukan pemulihan ekonomi jangka pendek dari intervensi permintaan dan daya beli," tambahnya.
Maka dari itu, Suharso menekankan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca tahun lalu jangan berada di angka rata-rata 5 persen ke bawah. Karena cita-cita Indonesia secara gradual keluar dari negara berpenghasilan rendah
(middle income trap) akan sulit tercapai.
"Itu enggak akan terjadi. Dan lewat dari 2040 juga belum lepas dari
middle income trap," tandasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: