Padahal menurut Anton, unggahan BEM UI tersebut dinilai masih sangat santun dibandingkan negara-negara panganut sistem demokrasi seperti Amerika Serikat.
"Di negara-negara maju, cara mengritik presidennya lebih keras dan kasar. Presiden Donald Trump dibuat patung boneka di tempat publik lalu dicaci maki ditendang dipukuli, sebagai pelampiasan kekesalan rakyat atas kebijakannya yang tidak sesuai aspirasi rakyat," kata Anton dalam keterangan tertulis, Senin (28/6).
Bahkan, sebuah gerai di pameran teknologi di kota Shanghai, Cina, mengizinkan para pengunjungnya memukuli sebuah bandul kelapa berwajah Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Untuk itu, sudah sepatutnya publik mendukung BEM UI sebagai upaya memastikan demokrasi di Indonesia berjalan baik dan kebebasan atau independensi akademis tetap terjaga.
Bagi Anton, julukan BEM UI bahwa Jokowi raja pembual tidak salah, karena faktanya sudah hampir 70 janji mantan Walikota Solo itu sejak kampanye Pilpres belum satupun yang ditepati.
"Padahal rakyat memilih itu karena janji-janjinya," demikian Anton.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: