Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Persepsi Qodari Sangat Personal, Pengamat: Sudahlah, Ikhlaskan Jokowi Dua Periode

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/faisal-aristama-1'>FAISAL ARISTAMA</a>
LAPORAN: FAISAL ARISTAMA
  • Rabu, 14 Juli 2021, 17:09 WIB
Persepsi Qodari Sangat Personal, Pengamat: Sudahlah, Ikhlaskan Jokowi Dua Periode
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengunggah momen kebersamaannya dengan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Maruf Amin/Rep
rmol news logo Penasihat Sekretariat Nasional Jokowi-Prabowo (Jokpro), M. Qodari, menilai foto bertiga Presiden Joko Widodo, Wapres Maruf Amin, dan Menhan Prabowo Subianto di Tangga Istana Negara saat Upacara Prasetya Perwira TNI dan Polri, banyak makna.

Menurut Qodari, foto tersebut bermakna Prabowo adalah penerus Maruf. Jokowi mengisyaratkan Prabowo adalah penerus Maruf sebagai Wapres, dan Prabowo seolah menyetujui hal tersebut.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, M. Jamiluddin Ritonga mengatakan, penilaian Qodari tersebut kiranya berdasarkan persepsinya.

"Namanya persepsi tentu sangat personal," ujar Jamiluddin Ritonga kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (14/7).

Qodari sudah memframe Jokowi dan Prabowo pasangan yang pas untuk Pilprea 2024, maka gejala apapun yang mendekati framenya itu akan dijadikan pembenaran.

"Kebetulan foto bertiga tersebut menguatkan frame Qodari," sebut Jamiluddin Ritonga.

Jadi, gejala apa pun yang sejalan dengan framenya, akan digunakan Qodari untuk menjustifikasi penilaiannya.

Menurut Jamiluddin Ritonga, pola pikir seperti itu oleh peneliti Bikuwata disebut logika diemper-emper. Dengan logika ini, seseorang sudah mempunyai penilaian.

"Untuk membenarkan penilaiannya, dicarilah gejala yang mendukung saja, sementara gejala yang tidak mendukung diabaikan atau disimpan. Berdasarkan gejala yang dicocok-cocokkan inilah seseorang lalu menyimpulkan kebenaran penilaiannya," tutur dia.

Jamiluddin Ritonga berharap, semoga Oadari tidak menggunakan ilmu diemper-emper untuk membenarkan keinginannya mengajukan Jokowi-Prabowo pada Pilpres 2024. Sebab, berpikir seperti itu sangat bias dan berbahaya bagi kelangsungan demokrasi di Indonesia.

"Sudahlah, ikhlaskan Jokowi cukup dua periode, sebagaimana sudah sering dikemukakan Jokowi sendiri. Kan capek terus mencari pembenaran untuk menggolkan presiden tiga periode," ucap Jamiluddin Ritonga. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA