Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jokowi Temukan Obat Terapi Covid-19 Langka di Apotik, Menkes Harus Minta Maaf ke Rakyat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Jumat, 30 Juli 2021, 14:04 WIB
Jokowi Temukan Obat Terapi Covid-19 Langka di Apotik, Menkes Harus Minta Maaf ke Rakyat
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin/Net
rmol news logo . Kelangkaan obat terapi pasien Covid-19 di lapangan menjadi satu sebab angka kematian masih tinggi di Indonesia.

Pada 23 Juli lalu, Presiden Joko Widodo melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sebuah apotik di Bogor, Jawa Barat. Ia  mengecek ketersediaan beberapa obat terapi Covid-19.

Saat itu, Jokowi menemukan ada stok salah satu jenis obat habis di apotik tersebut, sampai-sampai ia harus menelpon Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, untuk memastikan ketersedian stok obat yang dimaksud.

Satu obat yang ditemukan habis di apotik oleh Jokowi adalah antivirus Oseltavimir.

Karena kelangkaan obat di lapangan, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin didesak untuk meminta maaf ke rakyat oleh mantan Kepala Sekretariat Direktorat Relawan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi, Jay Octa.

"Menkes sebaiknya mengevaluasi kinerjanya dan turun ke lapangan. Untuk kasus habisnya obat untuk penanganan Covid-19, dia harus minta maaf ke rakyat,” kata Jay lewat keterangan tertulis kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (30/7)

"Di apotik yang  berjarak sekitar 15 menit dari kediaman Presiden saja obat (untuk pasien Covid- 19)  tidak ada. Bagaimana dengan yang di daerah-daerah," sambungnya.

Dia menegaskan, Menteri Kesehatan seharusnya bisa menterjemahkan apa yang diinginkan Jokowi selaku kepala pemerintahan. Bukan malahan Presiden  yang harus sampai memantau stok obat di level apotik.

"Menteri itu pembantu Presiden, jangan hanya memonitor kondisi lapangan secara virtual, melalui zoom saja. Datangi Rumah sakit, dan apotik-apotik. Tidak etis Presiden harus turun jauh kebawah, sedangkan itu kan tanggung jawab Menteri Kesehatan," tambah Jay.

Soal tingginya angka kematian karena Covid-19 di Indonesia belakangan ini, menurut Jay Octa, tak bisa dilepaskan dari peran Kementerian Kesehatan.

Data menunjukkan selama dua pekan terakhir, kasus kematian akibat Covid-9 di Indonesia terus berada di atas 1.000 kasus.

Pada Kamis kemarin (29/7), jumlah pasien yang meninggal sebanyak 1.893 orang. Sehingga, total kematian sejak awal pandemi Maret tahun lalu sudah mencapai 90.552 orang.

"Tingkat kematian murni tanggung jawab Kemenkes sebagai leading sector penanganan teknis. Menkes jangan cuci tangan mencari kambing hitam," kata Jay.

Selain itu, Jay juga meminta Kemenkes memberi perhatian lebih pada pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah, karena juga memiliki potensi meninggal dunia.

"Karena banyak dari mereka yang melakukan isoman yang akhirnya tak tertolong," katanya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA