Bahkan bukan mustahil, justru menciptakan rasa antipati dari masyarakat. Karena masyarakat lebih membutuhkan kepastian soal hidup mereka untuk menghadapi tekanan akibat pandemi yang berkepanjangan.
"Kondisi pandemi yang grafiknya belum melandai, ekonomi rakyat yang sedang berat, psikologi publik dalam tekanan pandemi, adalah kondisi
real masyarakat kekinian," ujar pengamat politik Universitas Nasional, Andi Yusran, kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (11/8).
"Dalam kondisi yang demikian itu, maka ‘menjamurnya’ baliho politik capres justru akan kontraproduktif dengan aktor yang bersangkutan," imbuhnya.
Menurut Andi Yusran, publik justru menjadi antipati. Karena psikologi politik publik sesungguhnya tidak sedang membutuhkan keberadaan berbagai baliho dan pesan-pesannya yang termuat di dalamnya.
Ia pun mengingatkan, kalau ingin membangun persepsi masyarakat yang positif, haruslah dengan cara melakukan kerja nyata. Bukan sekadar memasang gambar diri berukuran besar.
"Kerja-kerja
real dalam proyek sosial melawan pandemi justru bisa membangun persepsi positif publik kepada elite (politik) yang bersangkutan. Dan itu ‘the real campaign’," tegasnya menutup.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: