Demikian antara lain disampaikan Guru Besar Sejarah dan Peradaban Islam UIN Jakarta, Azyumardi Azra dalam diskusi bertajuk “Refleksi tentang Situasi Demokrasi di Indonesia: Perspektif Aktor Keagamaan yang diselenggarakan belum lama ini.
“Islam dan demokrasi tidak saling berlawanan, justru sangat kompatibel,†kata dia.
Azyumardi mengatakan, sejak di tingkatan gagasan dan ide, bahwa demokrasi telah diterima dengan baik oleh kelompok islamis pendiri bangsa. Hingga akhirnya hal tersebut direfleksikan ke dalam Pancasila.
“Pada akhirnya, demokrasinya berdasarkan pada pancasila -bukan negara yang menganut sekularisme. Sehingga politik dan agama tidak dipisahkan,†ujarnya.
Lebih lanjut, ia juga menegaskan bahwa ormas-ormas Keislaman yang menentang demokrasi, seperti HTI, sudah kehilangan retorikanya. Walaupun eks-HTI ini masih 'gentayangan'. Kelompok-kelompok radikal itu sudah kehilangan momentum mereka, karena terus diusut oleh Densus 88 dan juga akar mereka di Timur Tengah pun semakin tersudut.
“Oleh karena itu, praktis, tidak ada penentangan terbuka terhadap demokrasi,†demikian Azyumardi Azra.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: