Ki Ageng Gribig sejak tahun 1.600-an telah meninggalkan jejak tradisi Saparan. Pada bulan kedua penanggalan Jawa itu, masyrakat di pekan kedua selalu mengadakan tradisi yang juga disebut Ya Qowiyyu.
Ya Qowiiyu diyakini berasal dari lantunan doa Yaa Qowiyyu, yaa aziz Qowwina wal muslimin, yaa qowiyyu warzuqna wal masulimin. Lantunan doa yang dilestarikan banyak masyarakat muslim sebagai sebagai doa memohon kekuatan.
Penyelenggara sholawat dan Pimpinan Majelis Dzikir dan Sholawat Ahlul Hidayah (Majelis AH) Nusron Wahid mengatakan, acara haul akan dilaksanakan persis di area makam Kia Ageng Gribig.
Dalam acara itu, dijelaskan Nusron akan mendampingi sang Ketua Umum diantaranya: Pimpinan Majelis Ahbabul Musthofa, Solo Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf dan Wakil Mudir 'Aam Imdlodiyah Idaroh 'Aliyah JATMAN, Habib Umar Al Muthohar.
Selain dua habaib itu, kata Nusron, ulama se Jawa juga akan turut hadir. Meski demikian, karena masih pandemi Covid-19, acara akan digelar dengan model hybrid.
Anggota Komisi VI DPR RI itu, mengatakan, acara yang digelar dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat itu merupakan wujud meneladani semangat perjuangan dakwah Islam di Indonesia Ki Ageng Gribig.
"Acara ini meneladani perjuangan ulama besar bernama Mbah Gribig (Ki Ageng Gribig), keturunan Raja Majapahit Brawijaya V dari Sultan Agung, Mataram. Semangat perjuangan beliau yang telah mewarisi tradisi Ya Qowiyyu, pembagian apem sangat baik bagi bagi umat Islam dan bangsa Indonesia," kata Nsuron saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis siang, (23/9).
Nusron mengutarakan, Airlangga yang saat ini didaulat Mustasyar Aam/Ketua Dewan Penasihat Majelis AH adalah Pemangku makam Ki Ageng Gribig.
Garis silsilah leluhur Jawa, sosok Ki Ageng Gribig merupakan cucu Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, putra dari R.M. Guntur atau Prabu Wasi Jolodoro.
Untuk teknis acaranya, Majelis AH akan menyiarkan langsung acara haul di laman Youtube. Panitia juga menyediakan dengan link zoom dengan pembagian berbasis zona, mulai Sumatera; Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat; awa Tengah dan DI Yogyakarta; Jawa Timur dan Kalimantan dan Indonesia Timur.
Nusron juga menambahkan, selain Haul, di keesokan harinya Jumat kemudian akan dibagikan apem. Ritual ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan melibatkan ribuan warga sekitar.
Asal tradisi pembagian kue apem bermula sejak mendiang Ki Ageng Gribig hidup dan sepulang dari Makkah al mukaromah. Kala itu itu karena oleh-oleh yang ia bawa dari tidak cukup untuk dibagikan ke masyarakat.
Kiai yang juga dikenal Syaikh Maulana Magribi itu meminta istrinya untuk membuat kue dengan sebutan apem. Kata Apem sendiri diyakini berasal dari saduran kata arab Affan yang artinya memohon ampunan kepada Allah SWT.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: