Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mengenang Ki Ageng Gribig Leluhurnya, Airlangga Hartarto Menitikkan Airmata

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/agus-dwi-1'>AGUS DWI</a>
LAPORAN: AGUS DWI
  • Jumat, 24 September 2021, 00:44 WIB
Mengenang Ki Ageng Gribig Leluhurnya, Airlangga Hartarto Menitikkan Airmata
Makam Ki Ageng Gribig/Ist
rmol news logo Airlangga Hartarto tak kuasa menahan airmata saat menghadiri acara haul leluhurnya sekaligus seorang ulama besar Jawa, Ki Ageng Gribig, Kamis malam (23/9).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Mengenakan baju koko lengan panjang yang dipadukan dengan celana bahan warna hitam, ia tampak khusyuk mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan, seluruh peserta yang hadir pun larut dalam suasana haru tersebut.

Airlangga mengenang sosok Ki Ageng Gribig sebagai seorang tokoh agama yang tak kenal lelah dalam mensyiarkan ajaran Islam di Tanah Jawa.

"Ki Ageng Gribig atau yang bernama asli Wasibagno Timur adalah ulama besar yang menyebarkan Islam di Desa Krajan, Jatinom, Klaten dan sekitarnya. Ia juga dikenal masih keturunan dari Raja Majapahit, Brawijaya V," tutur Airlangga (23/9).

Ketua Umum Partai Golkar itu menyebut, ketokohan dari seorang Ki Ageng Gribig harus menjadi contoh dari setiap umat muslim di Indonesia.

Cucu dari Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit itu merupakan seorang alim ulama yang terkenal dermawan dan tak pernah pelit untuk membagikan ilmu serta harta yang dimilikinya.

"Saat hidup dia adalah menjadi amir tanah perdikan di Jatinom. Dia adalah penasihat spiritual Raja Mataram Sultan Agung. Atas jasanya, Kiai Ageng Gribig dianugerahi putri adik sinuhun bernama Raden Ayu Mas sebagai istrinya," ujarnya.

Selain itu, dia juga diberi kebebasan untuk memilih rumah yang akan ditempati bersama keluargannya. Namun, karena sikap rendah hati yang selalu tertanam di dalam dirinya, Ki Ageng Gribig memutuskan untuk tetap tinggal di Klaten.

"Hanya saja Ki Ageng Gribig memilih tinggal di Klaten untuk berdakwah. Ki Ageng Gribig berhasil menjadikan Jatinom pusat penyebaran Islam di Jawa," kata Airlangga.

Ditambahkan Airlangga, Ki Ageng Gribig memiliki ciri khas dalam berdakwah dan hingga kini selalu dikenang oleh masyarakat di Klaten. Salah satu metodenya yaitu dengan membagikan kue dan sembari mengucapkan kalimat “Ya Qowiyyu” dan seterusnya, sebagai doa untuk meminta kekuatan kepada Allah.

Oleh masyarakat, kue ini kemudian dikenal dengan nama kue apem. Saduran dari Bahasa Arab, Affan, yang memiliki makna dan filosofi sebagai permohonan ampunan kepada Allah.   

Tradisi pembagian kue apem inilah yang kemudian secara rutin dilaksanakan Ki Ageng Gribig, dan kemudian dilanjutkan pula oleh para muridnya dan masyarakat Jatinom sampai sekarang.

Dari penyebutan kata “Ya Qowiyyu” ini pula tradisi Saparan di Jatinom juga disebut masyarakat dengan nama tradisi “Ya Qowiyyu”.    

Peringatan Haul pada momen Saparan ini pula, kemudian pada perkembangannya sekaligus dilaksanakan beberapa rangkaian kegiatan seperti kirab budaya, lomba panahan, dan peringatan haul Ki Ageng Gribig. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA